Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sebagian Kota di Indonesia Rayakan Tang Che

22 Desember 2023   11:25 Diperbarui: 22 Desember 2023   12:18 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Perayaan Tang Che adalah perayaan cukup besar diantara perayaan / festival Tionghoa yang ada. Yang sebanding dengan perayaan Tang Che adalah Imlek (semi), Mooncake (gugur) dan bakcang /pehcun (panas). Sedangkan ronde biasanya dirayakan pada musim dingin.

Perayaan Tang Che di Tiongkok Utara dirayakan dengan makan pangsit. namun di Tiongkok Selatan, dirayakan dengan makan ronde atau onde. Karena asal cindo, atau Chinese Indonesia itu dari Tiongkok Selatan (Hokkian dan Guangzhao), maka beberapa kantong kota yang ditinggali peranakan Tionghoa masih merayakan Tang Che dengan makan ronde. Misalnya, Medan, Pematangsiantar Pekanbaru, Jambi,  Pangkalpinang, Jakarta, Tangerang, Bandung, Cirebon, Semarang, Surabaya dan Makassar.

Namun pada era digital ini perayaan Tang Che sudah tidak dirayakan semeriah dulu lagi. Masyarakat Tionghoa yang sudah menempuh pendidikan modern, apalagi yang sudah memeluk agama Kristen, tidak merayakan seperti asal mulanya. Tetap makan ronde, namun cukup membelinya di gerai yang menjual wedang ronde atau memesannya melalui proses pesan antar. Padahal nilai ritualnya dulu, ronde harus dibuat sendiri. Karena membuat ronde bersama-sama di dalam sebuah keluarga melambangkan kerukunan, seperti sifat ronde yang lengket. Cita rasa ronde di Indonesia berbeda dengan Tiongkok, karena sudah ditambah air jahe dan gula aren. Inilah akulturasi yang telah terjadi.

Di masa lalu, sehari sebelum perayaan Tang Che, ibu dan keluarga sibuk membuat ronde dari tepung ketan. Lalu pagi hari memanaskan air untuk menyajikan ronde di altar sembahyang. Lalu keluarga mulai melakukan sembahyang. Selesai sembahyang, seluruh keluarga bersama-sama menikmati ronde, dengan jumlah butiran ronde setara dengan usia masing-masing.

Ronde sangat menarik, karena dibuat warna warni, ada warna putih, merah, hijau, bahkan kuning. Yang butiran kecil tidak berisi, sedang yang besar berisi kacang.

Adapula yang meletakkan ronde di dekat daun pintu sebagai persembahan untuk lima unsur alam, yaitu api, air,  logam, kayu dan tanah.

Ronde juga digunakan untuk meramalkan jenis kelamin bayi yang sedang dikandung ibu hamil, karena dulu belum ada USG. Bila ronde dibakar dan meleleh lonjong diestimasikan akan lahir bayi laki,-laki, sedangkan bila ronde saat dibakar muncrat, estimasi bayi yang lahir adalah perempuan.

Inilah gambaran cerita tentang perayaan Tang Che di Indonesia. Mungkin di era digital ini makin susah menemukan perayaan tradisi ini. Hari ini, 22 Desember Masehi atau tanggal 15 bulan terakhir penanggalan bulan, dikenal sebagai perayaan Dongzhi atau Tang Che atau Tang Yuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun