Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Transformasi Kang Dudi ke Dunia Hitam

11 Desember 2023   21:28 Diperbarui: 12 Desember 2023   06:03 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kang Dudi (dok: Taufik)


Pada akhir tahun 2023, Click Kompasiana, komunitas Kompasianer pengguna transportasi berbasis rel memiliki program kegiatan baru, yakni silturahmi menyambangi anggota Click.

Salah satu anggota Click yang sempat dikunjungi adalah Dudi Iskandar. Seorang anggota Click tahun-tahun awal berdirinya saat Kang Dudi masih berprofesi sebagai fotografer.

Pesan Ketua Click pada undangan yang diberikan kita akan ngopi di rumah Kang Dudi di bilangan Menteng, tepatnya Jalan Bonang, Jakarta Pusat.

Kunjungan dilakukan hari Senin 11 Desember 2023 jam 14.00-16.00 WIB. Berkumpul di stasiun Cikini, lalu kami berjalan kaki menuju jalan Bonang. Setiba di alamat yang dituju, yang kami jumpai hanya rumah biasa, bukan gerai kopi.

Tapi di rumah ini beberapa produk kopi tersedia lengkap, bahkan mesin kopi sederhana tersedia. Memang Kang Dudi sejak 5 tahun yang lalu bertransformasi dari fotografer ke dunia hitam, tepatnya perkopian.

Kang Dudi sempat bercerita awal mula bertransformasi ke dunia hitam ini karena dia hobi ngopi, seminggu bisa dua kali ke gerai kopi. Agar menghemat pengeluaran, lalu Kang Dudi mencoba belajar membuat kopi sendiri, lama-lama jadi penasaran dan sangat ingin mendalami perkopian. Karena sudah terlanjur basah terjun ke dunia hitam, Kang Dudi lalu mulai berbisnis kopi dari rumah. Tanpa memiliki toko atau gerai kopi, semua pesanan diterima secara daring dan dikirim via expedisi sebagai paket ke seluruh Indonesia. Dimulai dari menjual biji kopi yang telah di sangrai (roasting), kopi bubuk (biji kopi yang sudah disangrai lalu digiling), kemudian berkembang ke kopi saset yang rasanya dibuat mirip kopi generik, dan kopi drip, biji kopi dari daerah terkenal di Indonesia, seperti Toraja, NTT, Sidikalang, dan lain-lain yang sudah digiling dan dikemas dalam pouch seperti teh celup, jadi bila ingin membuat kopi enak saat mobile, bawalah kopi drip, cukup dengan menuangkan air panas saja. Terakhir juga mengembangkan kopi susu gula aren dalam botol untuk dkonsumsi dingin.

Kami banyak diberi cerita tentang kopi, sambil dijamu kopi Robusta tubruk dan kopi Arabica V-60.

Kopi Robusta tubruk (dok: Sukma)
Kopi Robusta tubruk (dok: Sukma)

Dari bincang,-bincsng ini, kami mengetahui cara membedakan biji kopi Robusta dan Arabica. Biji kopi Robusta memiliki garis tengah memanjang lurus membelah biji kopi, sedangkan biji kopi Arabica membentuk huruf S

Juga pada gerai-gerai kopi, peran barista itu hanya 10%. Yang membuat kopi enak, ada tiga hal, yaitu 30 persen budidaya kopi, 30 persen proses paska panen, 30 persen roaster atau sangrai kopi. Kemudian saat menggiling biji kopi dan saat menuangkan suhu air sangat menentukan kopi pahit atau tidak.

Kopi baik untuk dikonsumsi tiap hari asal jangan berlebihan, karena kopi memiliki kandungan zat yang baik untuk kesehatan. Sebaiknya minum kopi pahit, tanpa gula, karena kopi sendiri sudah mengandung zat pemanis.

Sebenarnya di dunia ini ada 4 jenis komoditi kopi, yaitu Arabica, Robusta, Liberica, dan Excelsa, namun yang lebih populer hanya Arabica dan Robusta.

Kang Dudi sekarang sedang giat berpromosi melalui pameran UMKM yang difasilitasi Kemenaker, guna meningkatkan branding.

Itulah sebabnya Kang Dudi rajin menciptakan gimmick-gimmick pemasaran, seperti memplesetkan istilah 3 "ta", yang harusnya harta, tahta, dan wanita menjadi harta, tahta, dan Robusta. Slogan jadilah sobat pahit. Atau menyitir poster caleg pada masa pilkada 2024, "Pilihlah saya", menjadi "Jangan Pilih Saya, Pilihlah Photo Coffee".

Mungkin karena tadinya seorang fotografer, maka yang diingat hanya foto, maka produk kopinya dinamakan "Photo Coffeee". Akibatnya ada orang yang datang ke rumahnya mau menggandakan dokumen (photo copy).

Meski pemasaran saat ini secara M to M (mouth to mouth), Kang Dudi sempat kaget saat kedatangan orang Eropa dan orang Korea ingin membeli kopinya. Tapi ada pengalaman negatif juga, saat kedatangan calon pembeli orang Indonesia, mungkin harapannya sebuah toko kopi atau coffee shop, begitu hanya melihat rumah sederhana merasa illfill. Maka rencana mendatang, Kang Dudi akan memugar rumahnya bagian depan menjadi sebuah mini bar yang cukup representatif untuk orang-orang yang ingin menikmati kopi.

Foto bersama (dok: Dudi)
Foto bersama (dok: Dudi)


"Yuk, bergabung ke dunia hitam !", demikian seloroh  Kang Dudi saat mengantar kami meninggalkan rumahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun