Kami menginap di Shantou yang terletak di daerah Chaosan Guangdong. Dari sini dekat bila ingin ke Chaozhou dan Jieyang. Disini warga menggunakan bahasa daerah / dialek Chaozhou yang di Indonesia dikenal sebagai dialek Tio Ciu (seperti di Kalimantan Barat, Ketapang dan Pontianak, serta Kepri). Orang Jakarta lebih mengenal kelezatan kuliner Tip Ciu.
Jarak antara Shantou dan Changzhou sekitar 50km, dapat kesana dengan menyewa mobil atau naik taksi. Melewati highway dan jalan biasa, kira-kira 30 menit lama perjalanan
Chaozhou adalah sebuah kota tua yang menjadi destinasi wisata. Kota ini sudah berumur 1.600 tahun lebih.
Kota Chaozhou dikenal sebagai kota asal angin yang meniupkan peradaban baik pada semua orang.
Kota ini telah ditetapkan sebagai Kota Sejarah dan Budaya Nasional.
Dalam perjalanan dari tempat parkir, kami melalui lorong yang banyak dihiasi poster dengan tulisan bermakna bagus, menurut teman kami yang dapat membaca aksara Mandarin.
Misalnya:
* orang yang baik akan menciptakan masyarakat harmonis
* keharmonisan keluarga menjadikan keharmonisan peradaban
* kerukunan mendatangkan oerdamaian dunia
* Kualitas peradaban harus dipupuk sedikit demi sedikit, hasilnya harus dihargai semua orang
Semangat masyarakat Chaozhou terus diterapkan pada era baru, agar warga kota baru selalu mengenal peradaban baik.
Walau sudah melewati ribuan tahun, bangunan rumah masih terawat baik.
Kebudayaan disini meliputi sulaman, musik, opera, barongsai, dan kuliner. Kota ini terkenal dengan jejuluk kota Phoenix.
Disini kami menemukan sebuah menu minuman dengan sebutan aneh, yaitu Teh Berbau Kotoran Bebek. Tetapi kami enggan mencobanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H