Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jelajah Shenzhen Paska Pandemi

4 Desember 2023   10:00 Diperbarui: 4 Desember 2023   10:10 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Shenzhen adalah sebuah kota yang cukup maju. Sebelum pandemi, kami  pernah mengunjunginya entah untuk menghadiri konferensi bisnis, melihat pameran, atau sekedar jalan-jalan.

Sudah tiga tahun gara-gara pandemi, kami  belum pernah menginjakkan kaki di  Senzhen. Jadi kepingin melihat kondisi Shenzhen paska pandemi.

Kali ini fokus kami  mengunjungi gedung tertinggi kedua di Shenzhen, yakni KK100. Ingin melihat sesuatu yang baru disini.

Untuk menuju KK100 dari hotel, kami  gunakan subway. Di lantai bawah kini ada Fresh Market yang cukup luas, sekedar cuci mata tanpa membeli apapun.

Beef (dokpri)
Beef (dokpri)


Merasa lapar, makan siang di KK100 juga di Gyukaku BBQ, mencoba short ribs dan wagyu beef. Lumayan memperoleh dessert gratis berupa ice cream.

Lalu setelah selesai makan siang, melakukan reservasi di lantai 96 agar jam 4 sore dspat menikmati ngeteh sore-sore (afternoon tea).

Snack (dokpri)
Snack (dokpri)


Disini kami menikmati satu snack menu dan satu teko teh bunga putih. Snack ditata indah, sehingga harus menunggu 20 menit baru disajikan.

Ngeteh sore-sore dari ketinggian kota Shenzhen dapat menikmati pemandangan yang indah, inilah healing untuk sekedar melupakan kerumitan hidup di Jakarta. Karena saat ini sudah masuk musim dingin, maka sunset dapat dinikmati  sekitar jam 5.30 sore dari ketinggian. Sunset memang selalu menyajikan pemandangan yang indah.

Toko buku masih ada

Bila toko buku Gunung Agung di Jakarta harus tutup, karena tergerus budaya e-book pada era internet, namun toko buku yang cukup besar di Shenzhen ternyata masih berjaya dengan wajah baru (new look).

Buku ditata lebih manusiawi tidak pada rak tinggi, juga ada rak khusus untuk buku baru dan terlaris pada bulan ini. Sepertinya cara penataan seperti ini sudah diterapkan oleh beberapa toko buku di Jakarta.

Toko buku (dokpri)
Toko buku (dokpri)


Buku-buku dipajang berdasar katagori, juga berdasar gender (perempuan) dan usia (anak-anak), juga terdapat buku-buku impor bagi yang tidak bisa membaca buku dengan karakter Mandarin.

Jadi, meski sama-sama berada pada era internet, toko buku di Shenzhen masih eksis. Mungkin pengelola toko buku di Jakarta yang masih eksis perlu berguru ke sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun