Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ketika Ratna Enggan Bergaya

20 November 2023   10:00 Diperbarui: 20 November 2023   13:21 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena mbak Palupi dan bang Horas belum sempat mempelajari peta Ragunan, maka ditawarkan permintaan khusus satwa yang mau dikunjungi. Dan diputuskan kita berjalan tetap dalam rombongan, karena tujuannya kita pergi bersama, bukan pergi sendiri-sendiri.

Setelah menentukan aturan main, kami mulai berjalan kaki bersama. Kami sangat kagum pada kebersihan Ragunan saat ini. Rata-rata dari kami memang sudah lama sekali tidak pernah berkunjung ke Ragunan.

Peserta (dok: Koteka)
Peserta (dok: Koteka)


Ragunan cukup bersih, karena dimana-mana terpasang poster "Denda 500.000 Rupiah bagi yang membuang sampah sembarangan". Tidak apalah meniru Singapura sebagai "The Fine City" asalkan kebersihan terjaga.

Kami berjalan bersama sambil melihat petunjuk jalan yang cukup informatif. Pada salah satu sudut jalan, kami melihat prasasti sejarah Ragunan. Ragunan adalah lokasi terakhir yang dipilih sebagai Taman Margasatwa (Kebun Binatang), ditempati mulai 1964, semula Kebun Binatang ini berasal dari hibah tanah dari Raden Saleh di Cikini (tempat yang sekarang menjadi Taman Ismail Marzuki). Itulah sebabnya di Cikini masih terdapat kuliner legendaris yakni gado-gado BonBin. Ragunan sempat dipimpin oleh 11 orang Direktur yang kebanyakan dokter hewan.

Pertama kali kami mengunjungi kandang burung, yang menampilkan aneka burung dari tanah air, seperti burung puter, dederuk, walik mutiara, delimukan zamrud, termasuk kalkun.

Lalu kami singgah ke kandang yang cukup besar, tempat hunian orang hutan. Orang hutan ini bernama Ratna menurut penjaganya, Pada mulanya masih bergantungan, tapi ketika kami datang agak malu-malu, ketika kami ingin mengabadikannya. Dia bersembunyi di ayunan tempat beristirahatnya.

Ratna SI orang utam (dok: Ajeng)
Ratna SI orang utam (dok: Ajeng)


Kami bergerak lagi ke kandang kuda nil kerdil. Satwa ini juga malu-malu saat ingin difoto, karena terus berendam di dalam air.

Kami bergeser lagi ke kandang ular, terdapat empat jenis ular dalam satu kandang. Yang kami lanjutkan ke kandang burung yang lebih besar berupa cluster, dimana terdapat berbagai jenis burung merak dengan kandang yang tinggi

Karena hari menjelang tengah hari, kami memutuskan untuk mengakhiri perjalanan kami mengelilingi Ragunan yang cukup luas, dengan brunch di sebuah kedai di depan kandang Oak yang bersuara berisik..Meski kami menyadari belum sempat menyaksikan seluruh koleksi satwa, seperti harimau, badak, gajah, buaya, giraffe, komodo, dan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun