Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjaga Eksistensi Wayang di Era Gen Z

19 November 2023   05:00 Diperbarui: 19 November 2023   06:22 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Koteka Talk 152 menampilkan topik "Mengapa Kami Mencintai Wayang". Sebuah topik tentang budaya di Indonesia yang  tidak pernah lepas dari dunia pariwisata Indonesia. Sebagai narasumber ditampilkan Ki Eko Setyono seorang dalang dari Jakarta dan Budi Susilo, seorang pecinta wayang. Acara Sabtu sore waktu Jakarta ini dimoderatori langsung oleh Ketua Koteka, Gaganawati Stegmann, langsung dari Jerman.

Eko (dok : Koteka)
Eko (dok : Koteka)

ki Eko Setyono adalah seorang guru di Jakarta yang senang mengajarkan wayang pada siswanya. Meski mampu berperan sebagai dalang, namun Eko enggan disebut dalang karena dianggapnya terlalu berlebihan. Karena Eko merasa belum apa-apa bila dibandingkan dalang lain yang sudah punya nama besar.

Eko yang menjadi guru sejak 2002 ini mengakui sudah menyukai wayang sejak masih duduk di bangku SMP di Purworejo.

Karena wayang sudah menjadi passion-nya, maka sejak pindah ke Jakarta untuk kuliah, Eko senang bergabung dengan komunitas wayang di Jakarta.

Eko mempelajari wayang sejak 1997. Karena sudah memiliki bakat, mempunyai dasar-dasar sejak kecil dan mempunyai fasilitas, maka Eko cepat menguasai perwayangan.

Setiap malam Eko selalu mendengarkan wayang melalui radio dan bila ada kesematan baru nonton wayang secara langsung.

Setelah merasa siap, Eko baru berani mendalang.

Ketika ditanya tentang koleksi wayangnya, Eko mengatakan hanya memiliki koleksi 20 wayang sederhana yang dibelinya di Jogja atau secara daring.

Eko merasa perlu memiliki koleksi wayang, dengan tujuan untuk melemaskan tangan. Bila ada sponsor untuk ganti transport saja Eko sudah bersedia manggung, tidak harus dibayar jutaan.

Meski belum dibayar secara profesional, tampilan Eko pada 4 November 2022 telah tayang di laman YouTube.

Dalang sekarang dengan dulu berbeda. Kalau dulu selalu ada persiapan sehingga perlu nyantrik dan puasa sebelum tampil, sehingga timbul kesan magis. Sedangkan sekarang tidak perlu nyantrik dan puasa, bahkan dalang dapat dipelajari.

Jadi persiapan yang dilakukan sebelum tampil justru menyesuaikan gerakan dengan suara karawitan dan sinden, serta jalan cerita.

Mengenai adanya orang asing yang menjadi dalang dan sinden, Eko menganggapnya sebagai kemajuan. Bahkan Eko merasa bangga saat melihat 3 anak kecil menangis ingin memegang wayang, tetapi dilarang orangtuanya. Sehingga dengan sabar Eko menemani ke 3 anak tersebut memegang wayang koleksinya.

Harus sampai langit terang

Sementara narasumber kedua, Budi Susilo mengaku sebagai pecinta wayang.

Budi Susilo (dok: Koteka)
Budi Susilo (dok: Koteka)

Budi mengaku sudah mengenal wayang sejak SD, meski hanya mendengarkan melalui radio, bukan menonton langsung.

Meski pada awalnya, keluarganya kurang setuju, namun karena mendengarkan wayang adalah hobinya, maka lama kelamaan keluarganya memaklumi.  Bahkan Budi sangat hafal jadual siaran wayang tiap hari di Jogja. Bahkan sekarang sudah bisa ditangkap secara streaming yang rata-rata memutar pertunjukan dalang terkenal meski sudah almarhum.

Kalau pada pertunjukan wayang sekarang, sering ada bintang tamu atau menampilkan sinden yang cantik, adalah upaya untuk menggairahkan orang untuk menonton wayang.

Menjawab tentang koleksi wayangnya, Budi memiliki pada 10 tahun lalu, wayang kualitas rendah seharga 500 ribuan yang masih menggunakan pewarna brom. Kini koleksinya sudah meningkat ke kelas prodo (emas) yang harganya mencapai 2,5 juta.

Apakah membeli koleksi wayang seizin istrinya? Menurut Budi, beli dulu, baru minta maaf, kalau harus izin pasti dilarang.

Tentang perawatan koleksi wayangnya, Budi menjelaskan cukup disimpan di kotak, dan diangin-anginkan saja.

Salah satu kegemaran Budi adalah menayangkan konten wayang pada sosial media miliknya. Hal ini hanyalah untuk menunjukkan hobinya dan difrensiasi dengan pengguna sosial media lainnya.

Kenapa sekarang pertunjukan wayang jarang penontonnya? Karena sekarang penonton melihat dulu siapa dalangnya. Penonton sudah mengetahui kualitas dalang, karena sudah banyak di YouTube

Bagi Budi penonton wayang sejati adalah yang menonton hingga selesai, harus hingga langit terang kembali.

Istrinya pelan-pelan juga bersedia menemani nonton wayang, meski lebih banyak tidur di mobil.

Untuk belajar wayang sebenarnya mudah, apalagi di Jogja setiap desa sekarang sudah memiliki seperangkat gamelan. Jadi peminat bisa belajar langsung.

Dengan orang asing yang sanggup menjadi dalang atau sinden, Budi merasa malu bila bangsa Indonesia tidak mencintai wayang. Budi sendiri selalu belajar, tapi untuk tampil sebagai dalang merasa belum pede.

Bila Eko dan Budi begitu mencintai wayang, Bagaimana dengan Anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun