Firasatku makin terasa benar, pasti telah terjadi sesuatu dengan Rika. Tetapi seharusnya Rika mengatakan terus terang bila harus memutuskan hubungan pertunangan kami, neski itu sangat menyakitkan bagi kami berdua.
Tiga bulan berlalu, salah seorang temannya menghubungi aku. Dia memperoleh kabar tentang keberadaan Rika. Aku sudah menguatkan hati untuk menerima kondisi terburuk.
"Rika mengalami kecelakaan  pesawat, saat dia terbang ke Malang, tiba-tiba terjadi erupsi gunung Semeru. Pesawat tidak mampu berputar arah dan menabrak gunung akibat jarak pandang yang tiba-tiba menjadi gelap. Pesawat hancur bersama seluruh penumpangnya."
Hatiku hancur berkeping-keping, antara percaya dan tidak percaya. Kenapa ini harus terjadi, kalau Rika tidak memaksakan diri pulang, dia tentu pasti masih menemaniku.
Aku sekejap tidak sanggup berkata-kata. Pikiranku gelap, hatiku hancur. Belahan hatiku telah pergi dan tak akan kembali.
Sebagai laki-laki aku harus tegar, ternyata firasatku benar, hanya kejadian ini yang tidak kuduga sama sekali. Kami harus berpisah, tanpa sepatah pun kata perpisahan.
Bunga melati di halaman rumah tetap memancarkan bau wangi, warnanya putih sesuci cinta kami. "Beristirahatlah dalam damai Rika. Tiap tahun engkau pasti menemani ulang tahunku dalam keabadian".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H