Sejumlah pertengkaran diantara Paksi dan Dyah, akhirnya membuat Hamoroto meminta Paksi untuk mengajak Dyah makan malam, karena Dyah berencana akan pulang.
Akhirnya keduanya pergi makan malam, namun segera pulang, karena ternyata Dyah tidak berencana pulang, hanya taktik Hamoroto saja, bahkan Dyah berjanji akan bercerita banyak tentang Hamoroto dan padepokan pada keesokan harinya.
Berhasilkah Hamoroto menurunkan tradisi Jawa pada Paksi? Bagaimana hubungan Paksi dan Haruni ? Benarkah Dyah, calon istri yang akan dijodohkan untuknya ?
Baca sendiri novel ini, bila ingin semua pertanyaan diatas terjawab.
Keunggulan novel ini
Novel dengan sampul gunungan pada cerita wayang, menyiratkan bahwa novel ini tentang kisah cinta dengan latar Kejawen. Arti dari judul novel ini "Kelir" adalah panggung untuk pementasan wayang.
Melalui novel ini, Yon Bayu menunjukkan risetnya yang serius akan tradisi Jawa. Yon Bayu dapat menuliskan tradisi Jawa, sejak era Majapahit, masuknya Islam ke tanah Jawa, proses terbentuknya Islam putihan, dan Islam Kejawen.
Â
Pembaca akan diajak menikmati novel yang berkisah secara detail tentang agama asli orang Jawa, kejayaan Majapahit, keruntuhan Majapahit, aksi devide et impera yang dilakukan Belanda, Islam Kejawen yang bercampur klenik hingga banyak terjadi bentrokan dalam masyarakat, namun pendekatan Kejawen justru dilakukan oleh Sunan Kalijaga dalam siar Islam yang mengijinkan wayang.
Kekurangan novel ini
Novel ini mungkin bisa dinikmati secara utuh oleh orang Jawa atau orang yang sudah mengenal tradisi Jawa. Saya yang pernah indekost di rumah seorang ningrat Jawa saat kuliah tentu sangat memahami novel ini.
Namun saya mengkawatirkan pembaca yang bukan orang Jawa harus terlalu banyak gugling, karena bertebaran istilah Jawa, yang tidak ada terjemahannya, baik di bagian catatan kaki per halaman, pada akhir bab, maupun pada akhir novel.
Â
Bila ingin pangsa pasar novel ini lebih luas, penulis sebaiknya menambahkan terjemahannya pada cetakan berikutnya.
Kesimpulan