Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Hari Blogger Nasional, Quo Vadis?

26 Oktober 2023   10:00 Diperbarui: 26 Oktober 2023   10:02 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo blogger ( sumber gambar: 1000logos.nrt)


Besok, 27 Oktober biasa dirayakan sebagai Hari Blogger Nasional. Eh, Masih adalah blogger di Indonesia? Mungkin masih ada, namun mereka sudah terkontaminasi oleh aktivitas lain yang lebih menarik, karena lebih banyak cuannya. Contoh paling gampang, tengoklah kompetisi guna merayakan ulang tahun Kompasiana yang ke 15, ternyata ada diskriminasi, lomba video berhadiah jauh lebih besar ketimbang hadiah lomba blog yang hanya merchandise saja. Padahal Kompasiana dilahirkan sebagai blog keroyokan, bukan vlog keroyokan. Contoh kedua, KOMiK dalam rangka menyambut tayangnya film "Ngidam" menyelenggarakan lomba foto / video tentang Jakarta, bukan lomba blog tentang Jakarta.

Sebenarnya uneg-uneg saya ini sudah lama. Sekitar 10 tahun lalu seorang teman saya sudah meramalkan bahwa blogger akan neredup dan sebentar lagi berada di titik sunset. Akan digantikan oleh vlogger. Tapi kenapa perayaan Hari Blogger Nasional tidak diganti saja dengan Hari Vlogger Nasional?

Saat itu, saya mati-matian berusaha menyanggah dia, bahwa ramalannya tidak akan terbukti. Dengan segala argumen yang saya miliki. Ternyata, kini ramalan dia menjadi kenyataan. Terlebih makin moncer sejak Covid melanda dunia.

Era digital makin menggurita, melibas semua kegiatan menulis blogger menjadi kegiatan membuat video, terlebih saat maraknya Tik Tok dan Reel. Saat You Tube menjadi cita-cita anak muda untuk menjadi YouTuber, blog masih eksis. Namun begitu aplikasi video pendek menyebar, peranan blog makin tergerus. Generasi Z khususnya yang memacu tergarusnya blog, karena mereka lebih menyukai video. Tiap kali mereka narsis, video yang diunggah, bahkan bukan foto lagi. Bagi mereka, era digital adalah era video. Karena muncul aplikasi penyuntingan (editing) video yang sangat akrab dengan pengguna (user friendly), sudah tidak sesulit pengoperasian perangkat lunak keluaran awal, seperti Video Director atau Power Director, yang harus dipelajari dengan serius. Kini muncul aplikasi penyuntingan (editing) yang sangat mudah dikulik asal kita telaten, seperti Cap Cut dan sejenisnya. Dengan mudah, kita menambahkan teks, judul, caption, menambahkan efek, menambahkan latar belakang musik, bahkan sudah disediakan musik gratis, sehingga tidak pusing lagi dengan masalah HAKI,  menyambung video, memotong video bahkan mengatur cahaya yang kurang baik saat pengambilan gambar maupun menambahkan narasi berupa teks maupun suara, yang bisa dilakukan dengan suara pengguna maupun suara mesin. Juga mengatur volume suara, mebyeimbangkan suara asli dengan latar belakang, serta mereduksi suara liar (kebisingan). Walau bila riuh sekali, harus dipakai perangkat tambahan, seperti clip on.

Dengan adanya, kenudahan ini orang berlomba-lomva membuat konten video, khususnya untuk sektor hotel dan kuliner. Semua serba video, bahkan review hotel & kuliner tidak lagi berupa review tulisan, namun review secara video. Mungkin review yang masih membutuhkan tulisan, hanya review buku.

Kesakralan buku juga sudah mulai menyusut, digantikan oleh e-book. Jadi, jargon bahwa "buku adalah nahkota bagi penulis" suatu Hari kebanggaan itu akan sirna.  Legacy berupa buku atau tulisan akan digantikan oleh legacy berupa video.

Karena baik video maupun tulisan, sama-sama membutuhkan kemampuan story telling yang baik. Harus ada konsep yang matang, tidak hanya ide atau inspirasi saja.

Orang saat menulis bisa mengalami bad mood sehingga tak sanggup merangkai satupun kakimat. Tapi dengan video, ambil saja beberapa gambar (footage), simpan saja. Nanti saat mood sudah muncul baru melakukan penyuntingan, maka jadilah sebuah konten video.

Jadi, dikawatirkan kini tak ada lagi blogger sejati, mungkin hanya penulis puisi, cerpen dan novel saja yang masih eksis. Yang lain, seperti reviewer hotel, kuliner, dan destinasi wisata terpaksa harus melacurkan diri dengan ikut belajar membuat konten video, bila tidak mau dicap gaptek alias gagap teknologi. Atau kehilangan pasar, sekaligus raibnya cuan.

Pada Hari Blogger Nasional, tahun ini saya menyerahkan kepada semua pembuat konten, Masih tepatkah istilah blogger atau kita ganti saja menjadi vlogger.

Semoga keprihatinan saya, tidak menjadikan sunset bagi blogger makin cepat tercapai. Berganti tulisan menjadi video. Karena koran cetak pun kini mulai diganti e-paper atau berita daring, sehingga tak ada lagi orang yang nongkrong BAB sambil membaca koran, tapi justru membawa gawai saat BAB. Sama halnya dengan buku yang kini juga sudah tergantikan oleh e-book.

Masihkah kita harus mempertahankan profesi atau hobi sebagai blogger? Atau harus hijrah ke vlogger? Waktu yang akan membuktikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun