Muncul tokoh Bio, yang menjadi pacar Prasa. Tinah dan Puntadi yang berbarter barang di tepi hutan. Cakrawira, wartawan pejuang Hak Asasi Manusia yang menulis biografi ayah Prasa, serta  kehidupan mistis di kampung Sarpa dengan panglima-panglima perangnya atau kepala suku dengan kesaktian khususnya, Lian Kupi, Shima, dan Lian Timah.
Cerita mengalir dengan ringan, tetapi membuat rasa penasaran, sehingga belum mau berhenti membaca, sebelum tamat.
Bagaimana akhir novel ini? Bagaimana hubungan Prasa dengan Bio? Apa peran Cakrawira dalam penelusuran asal usul Prasa? siapa sebenarnya Puntadi dan Shama?
Semua pertanyaan ini akan terjawab, setelah kita menuntaskan membaca novel ini.
Novel yang ditulis dalam bahasa yang ringan, mengungkap kisah cinta Prasa dan Bio. Namun dibungkus dengan petualangan Prasa dalam menyibak asal usulnya.
Yang patut dipuji adalah ketelitian penulis dalam menuliskan detail lokasi, naluri wartawannya membuktikan bahwa pengalamannya sangat banyak ditambah riset yang cermat. Jadi tidak asal menulis.
Kekurangan novel ini
Pada cetakan pertama, masih terdapat beberapa typo, yang dapat diperbaiki pada cetakan berikutnya.
Ada pemilihan kata yang agak janggal, yaitu jetlag, sebenarnya digunakan saja katal elah,karena perjalanan dengan pesawat udara selama 1 jam, tidak mungkin menyebabkan jetlag.
Jetlag biasanya terjadi pada penerbangan panjang antar benua, misal dari Jakarta ke New York.
Kesimpulan