Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Wacapres Perempuan, Mengapa Tidak?

5 Oktober 2023   11:29 Diperbarui: 5 Oktober 2023   11:37 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia pernah memiliki Wakil Presiden Perempuan, bahkan kemudian menjadi Presiden ke lima, yaitu Ibu Megawati Soekarnopoetri. Meski sering dikatakan terjadi secara tidak sengaja, atau kecelakaan, karena Ibu Megawati yang saat itu menjadi wakil Presiden secara konstitusional harus menggantikan Presiden Abdurrachman Wahid yang mengundurkan diri.

Disamping itu jabatan di eksekutif maupun legislatif juga sudah banyak diemban oleh perempuan. contoh: Ketua DPR RI, Puan Maharani, beberapa Menteri dalam Kabinet Indonesia Kerja, seperti Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, Menteri Lingkungan Hidup & Kehutanan, Siti Nurbaya, Menteri Tenaga Kerja, Ida Fauziyah, Menteri Sosial, Tri Rismaharini, dan Menteri PPPA, Gusti Ayu Bintang, sejumlah duta besar berkuasa penuh dan Gubernur / Bupati / Walikota.

Bahkan yang namanya cukup santer disebut-sebut sebagai bacapres adalah Gubernur Jawa Timur saat ini, Khofifah Indra Parawansa. Juga ada nama perempuan yang cukup santer mengemuka, yaitu Yenny Wahid, putri Presiden ke empat RI.

Dengan masuknya Khofifah kedalam radar bacawapres tentu prestasi kerjanya di pemerintahan provinsi Jawa Timur dapat dinilai memuaskan. Demikian pula kiprah Yenny Wahid di masyarakat.

Melalui sejarah, kita juga sudah banyak mengenal perempuan sebagai pahlawan nasional. Sebut saja Cut Nyak Dien dan Cut Meutia dari Aceh. R.A. Kartini dari Jepara, Marta Christina Tiahahu dari Maluku, H. R. Rasuna Said, Dewi Sartika, Nyi Ahmad Dahlan, Maria Walanda Maramis, Laksamana Malahayati, dan lainnya.

Kiprah perjuangan perempuan dari masa sebelum kemerdekaan, setelah kemerdekaan, maupun selama pembangunan tidak dapat kita abaikan begitu saja.Bahkan aktivitas para perempuan yang tidak disebutkan namanya, karena dengan setia mendampingi para suaminya.

Perempuan Indonesia kini sudah berperan dimana-mana, baik di bidang politik, pendidikan, kesehatan, teknologi bahkan transportasi. Kini kita bisa menemukan sosok perempuan dimana saja, yang sudah sejajar dengan kaum laki-laki

Jadi bila ada wacana, pantaskah perempuan menjadi cawapres? Sudah semestinya pantas dan layak. Karena secara kapabilitas sudah tidak perlu diragukan lagi . Perempuan Indonesia sudah mampu tampil dimana saja, tidak sebagai pemanis saja, atau ban serep, tetapi benar-benar sudah berfungai sesuai jabatan yang diembannya.

Dengan demikian, seluruh warga negara khususnya yang laki-laki juga bisa dipimpin oleh perempuan.Jika di dalam perusahaan, maupun pemerintahan daerah, perempuan sudah dipercaya untuk tampil sebagai pemimpin. Maka sebagai cawapres, selayaknya tidak perlu diragukan dan diperdebatkan lagi. Inilah saatnya menunjukkan emansipasi wanita secara nyata di negara ini, tidak hanya seremonial belaka seperti saat perayaan Hari Kartini

Majulah perempuan Indonesia!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun