Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Buku Panggung Sindirwara, Buku Tentang Seni Pertunjukan

27 September 2023   10:00 Diperbarui: 27 September 2023   19:37 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku "Panggung Sindirwara" (dokpri)

Pada sesi terakhir visual art mini workshop 2023, kami diajak mengikuti diskusi buku "Panggung Sindirwara". Sebuah buku yang jarang ada, terdiri atas kumpulan 13 esai tentang film dan seni pertunjukan. Kumpulan esai yang pernah muncul secara daring dari kurun waktu 2012-2022 adalah hasil analisa dan riset oleh Robertus Rony Setiawan, yang saat ini bekerja di media daring sampaijauh.com.

Buku ini berisi kumpulan esai yang terasa berat bila dibaca oleh bukan penggemar seni, karena gaya tulisannya seperti jurnal.

Rony (dokpri)
Rony (dokpri)

Judul masih menggunakan plesetan dari kata "sandiwara", yang kini sudah jarang dipakai. Jadi kata "sandiwara" dan "drama" sudah jarang diperginakan, orang lebih senang memakai kata "teater".

Judulnya adalah "Sindirwara", karena melalui seni seseorang dapat dengan bebas menyampaikan kritik atas ketidak beresan dalam kehidupan.

Hal ini pernah dilakukan oleh Teater Koma, pada era Orde Baru, namun setelah alih generasi ke putranya, kritik tidak terlalu menggigit. Teater Koma tidak dibahas pada buku ini, karena sudah ditulis pada buku pertama. 

Pada buku ini, teater membahas tentang Bagong Kusudiarjo, teater Populer-nya Slamet Rahardjo dan teater Mandiri-nya Putu Widjaja. Serta peran teater pada kehidupan sekarang.

Sedang untuk film sempat muncul Laura Basuki dan Joko Anwar.

Buku ini juga sempat membahas Ktut Tantri, perempuan Skotlandia yang dijadikan anak angkat raja Bali dan menjadi teman akrab Bung Tomo dalam peristiwa 10 November 1945. Ktut Tantri adalah orang asing yang membela perjuangan Indonesia.

Selain menampilkan penulis, juga ditampilkan seorang pembahas, yaitu Samro / Noy.

Samro & Rony ?(dokpri)
Samro & Rony ?(dokpri)

Menurut Samro, Rony menulis secara detail, sehingga banyak nilai yang disampaikan.

Samro juga setuju dengan argumen Rony tentang teater virtual yang muncul saar era pandemi, namun perbedaan film dan teater virtual, teater butuh panggung dan ruang.

Teater dapat hidup saat pandemi, tapi secara virtual ada kekurangannya, karena penonton tidak dapat berinteraksi dengan pemain. Jadi, teater virtual tetap tidak dapat menggantikan nyawa teater.

Samro sepakat dengan pertunjukan musik saat pandemi, di mana Erwin Gutawa yang menampilkan Chrisje, secara virtual.

Yang menjadi keprihatinan Samro, kritikus film dan seni kurang diapresiasi di negeri ini.

Samro memuji apresiasi Rony pada film pendek dan Slamet Raharjo.

Sandiwara atau teater adalah kenyataan yang disembunyikan, sehingga perlu disampaikan. Meski menyampaikan fakta secara tersembunyi, kesenian harus menyampaikan fakta. Contoh pada film "Oppenheimer".

Jadi tulisan harus dibuat tanpa harus menunggu hoaks

Samro juga sepakat dengan Rony yang menghargai nakes. Semboyan 3M, mencuci tangan sebenarnya adalah harus membersihkan diri. memakai masker adalah agar mencegah penularan. Serta menjaga jarak, agar virus tidak mudah menulari orang lain.

Rony harus terus menulis secara konsisten, agar tetap diminati pembaca.

Foto bersama (dok: Windhu)
Foto bersama (dok: Windhu)
Bagi komunitas yang mulai membuat film, buku ini sangat tepat untuk menjadi rujukan. Untuk memahami hal-hal yang perlu dihindari. Buku setebal 138 halaman yang dicetak terbatas di Yogya ini,  dapat dibeli langsung ke penulis dengan harga 73 ribu Rupiah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun