Saat masa pandemi (Agustus 2022), saya sempat ke Museum Sejarah Jakarta (Museja), tetapi tidak diperkenankan masuk. Hari Kamis, 21 September 2023 bersama teman-teman HPI DKI Jakarta, saya akhirnya berhasil memenuhi rasa penasaran saya tentang Isi museum ini.
Terlebih kami dipandu langsung oleh papi Alex, koordinator pemandu Museja yang juga seorang dalang. Mengingat luasnya Museja, papi Alex berduo dengan Pak Pendi saat memandu kami.
Setelah seluruh peserta berkumpul di depan Museja, kami langsung masuk melalui pintu Barat, mendapatkan briefing dari papi Alex di ruang yang dihiasi mural suasana Jakarta tempo dulu. Bahkan kami sempat disuguhi welcome drink, guna mendinginkan tubuh di saat panas Jakarta mencapai 33 derajat Celcius.
Kami langsung menyimak penjelasan papi Alex yang menyampaikan bahwa prestasi Museja sebagai museum dengan Pengunjung Terbanyak tercatat dalam rekor dunia.Â
Pada hari biasa (weekday - Selasa hingga Jumat) sekitar 1 juta pengunjung tiap hari. Pada akhir pekan (weekend Sabtu & Minggu dapat mencapai 5;juta per hari. Museja juga sering dijadikan ikon Jakarta, disamping Monas dan elang bondol.
Museja dulunya pernah digunakan untuk kantor gubernur jenderal Belanda, balaikota, kantor pengadilan, penjara bawah tanah, sekaligus tempat pelaksanaan hukuman mati.
Briefing ini diperlukan sebagai gambaran awal tentang isi museum. Pada pintu masuk museum, kami disambut sepasang ondel-ondel. Pada dasarnya, Museja berisikan koleksi sejarah perkembangan Jakarta.
Sebelum memasuki area museum, kami sempat mengunjungi bekas penjara wanita bawah tanah, dimana Cut Nya Dien, pahlawan wanita asal Aceh pernah ditahan disini. Juga terdapat penjara Pangeran Diponegoro, sebelum dibuang / diasingkan ke Makassar. Sayang tidak dapat dikunjungi karena sedang dalam renovasi.