Lalu bergeser ke Museum Wayang. Berdasar sejarah, tadinya pernah ada gereja lama (pada gambar-gambar lama, tampak kubah gereja) yang runtuh akibat letusan Gunung Krakatau. Lalu dibangun gereja baru. Juga ada kuburan Gubernur Jenderal Jan Pieter zon Coen, di dalam gereja, yang kabarnya meninggal karena kolera. Mayat Coen kini telah dibawa ke Belanda, hanya terdapat makam kosong di Taman Prasasti. Setelah dibangun gedung serupa di sebelahnya, kini gedung ini difungsikan sebagai museum Wayang. Aneka jenis wayang menjadi koleksi museum ini. Dan kami tidak masuk ke dalam museum.
Dengan melewati Cafe Batavia, sebuah rumah makan premium, yang menyajikan kuliner Belsnda dan Indonesia, kami menyaksikan meriam si Jagur. Sebuah meriam bustan Portugis yang dikirim dari Malaka.  Pada meriam ini terdapat simbol jempol yang terselip diantara jari tengah dan telunjuk. Menurut orang Portugis adalah lambang kesetiaan yang mengingatkan tentara Portugis untuk tetap setia pada istrinya, sedangkan bagi orang Indonesia, simbol itu  berarti sex.
Ada cerita mistis mengenai meriam ini, dulu sebelum di pagar, banyak orang meletakkan sesaji dengan tujuan berdoa agar dikaruniai anak, sambil mengelus-elus tubuh meriam. Apakah ritual ini manjur? Walahualam, kini meriam ini sudah diberi pagar pembatas, sehingga tidak bisa untuk meletakkan sesaji sambil nengelus meriam.
Di dekat meriam juga terdapat prasasti rel trem yang pernah menjadi transportasi di Jakarta, sebelum tidak dioperasikan.
Lalu kami berjalan dan melihat gedung kuno, yang kini menjadi kantor Jasindo dan paling ujung terdapat gedung milik Dasad Musin.
Lalu kami menuju ke arah Kali Besar Barat, yang diseberangnya terdapat beberapa gedung kuno, yang terkenal angker Toko Merah, Â gedung ex Standard Chartered, Â gedung milik seorang pemuda yang patah hati , karena cintanya ditolak (Singa Kuning), dan Jembatan Budaya. Dari jauh kami.melihat jembatan Kota Intan, yang dulu dapat di naik turunkan bila ada kapal.lewat. Kami juga melewati tiang penanda penurunan tanah di Jakarta dari tahun ke tahun, sehingga muncul keputusan untuk memindahkan ibukota.
Dengan melewati gang "virgin", konon kabarnya dulu terdapat kafe sosialita tempat noniek-noniek Belanda beradu gengsi memanerkan jumlah budak yang dimilikinya.
Dengan melalu gedung Kerta Niaga, kami melalui bagian depan Museum Bank Indoneeia (Mubi), Museum Mandiri, stasiun Jakarta Kota, dan kantor Bank BNI.
Selesailah trip kali ini, sebagian makan siang di New Cafe Batavia, sebagian lagi mencari makan siang di sekitar Kawasan Kota Tua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H