Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jebakan Turis

17 September 2023   10:00 Diperbarui: 17 September 2023   10:11 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Bagi kita yang memiliki hobi berwisata, mestinya pernah mendengar istilah ini, tourist trap atau kalau diterjemahkan bebas adalah jebakan turis.

Jebakan turis biasanya sering terjadi di pasar tradisional. Khususnya bagi kita yang pergi sendirian (solo traveler). Kalau kita pergi ramai-ramai biasanya mereka kurang berani. Jebakan turis ini bisa terjadi dimana saja,di Asia, Timur Tengah bahkan Eropa.

Coba perhatikan modusnya. Saat mereka melihat kita pergi sendirian, Salah satu dari penjual itu nenyapa kita. Setelah basa basi sebentar, biasanya dia akan membawa kita ke area pasar yang lebih dalam, lalu pura-puranya dikenalkan dengan temannya. Paling sedikit, kini mereka sudah berdua. Bisa saja kita dikerubuti 3-5 orang.

Lalu mereka mulai menawarkan jualan mereka satu persatu. Yang kita tertarik, langsung dipisahkan, tetapi saat kita menanyakan harga,  selalu tidak ditanggapi.. Bahkan mereka menawarkan produk lainnya. Setelah terkumpul beberapa produk, saat kita lebih tegas menanyakan harga, mereka mulai mengeluarkan kalkulator, dan berhitung.

Untuk beberapa produk sederhana di pasar tradisional, yang mungkin isinya makanan, minuman, pewangi atau herbal, mereka menyebutkan angka yang cukup tinggi, misal 10 juta Rupiah.

Saat kita merasa kemahalan dan menyatakan batal membeli. Mereka langsung merayu kita, mengatakan sudah menganggap saudara, dan tiba-tiba mereka dengan drastis menurunkan harga dari 10 juta Rupiah ke 5 juta Rupiah, 3 Juta Rupiah, bahkan hingga 2 Juta Rupiah.

Angka terakhir saja rasanya masih terlalu mahal. Saat kita menyatakan tidak jadi membeli mereka langsung menggertak kita dan berkata bahwa kita sudah membuang waktu mereka.  Dan sikap mereka sudah tidak bersahabat semuanya, seakan mereka hendak mengeroyok kita.

Kita tidak boleh merasa takut, dan harus berani melawan dan berargumentasi, meski kita sendirian. Kita harus berdalih bahwa harga yang diberikan tidak wajar, dan mereka juga sudah menyita waktu kita.

Setidaknya, kita harus segera mengembalikan barang belanjaan yang sudah kita pegang, dan dengan tegas mengatakan bahwa kita sudah dijebak.

Guna menghindari jebakan turis ini, sebaiknya dari awal kita harus tegas menanyakan harga. Kalau mereka mencoba mengalihkan perhatian, dengan nenawarkan barang lain, kita harus langsung menolak, dan tetap kukuh menanyakan harga barang yang kita pilih.

Berbelanja di pasar tradisional, kuncinya harus berani menawar, walaupun kadang-kadang mereka menanggapi harga tawaran kita dengan marah atau mengomel, biarkan saja. Kita harus bertahan pada perkiraan (feeling) kita.

Jangan mudah kena gertak mereka. Karena kadang mereka nenawarkan harga kelewat tinggi. Bila mereka dengan cepat menurunkan harga, waspadalah bahwa harga tawaran kita sudah   memadai. Mereka hanya bersandiwara dengan pura-pura marah atau mengomel.

Bahkan bila harga yang mereka tawarkan, kita anggap tidak wajar, sebaiknya kita jangan menawar sama sekali. Karena bila mereka nenawarkan harga 2 ribu Rupiah, dan kita sudah menawar 1 ribu Rupiah, bila harga itu disetujui, kita harus nembayarnya. Kalau kita tidak menawar, mereka tidak bisa menuntut kita, meski kadang-kadang mereka memaksa kita harus menawar berapapun. Sekali kita menawar, harga yang kita katakan akan menjadi patokan. Dan bisa saja, kita akan kemahalan atau tertipu.

Selain nilai tawaran, kita juga harus tegas menanyakan mata uang yang digunakan. Misal US dollar atau mata uang  mereka. Bila mata uang tidak ditegaskan, bisa saja mereka menuntut kita membayar dengan mata uang yang kursnya lebih tinggi. Misal antara 100 US Dollar dengan 100 Dong.

Selain jebakan turis dari segi harga, penjual yang curang, kadang sempat menukar kualitas barang. Saat kita sudah meninggalkan gerai mereka, dan saat kembali melewati gerai mereka, harga yang kita tawar disetujui. Tetapi barang yang diserahkan dengan kualitas yang lebih rendah, meski bentuknya sama, istilahbya KW sekian.

Hati-hatilah, khususnya bagi kita yang pergi sendirian. Selamat berwisata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun