Kecap tertua kita temukan di Tangerang juga akulturasi. Tahu Sumedang yang dikembangkan oleh Ong Beng Keng dan istrinya yang perempuan lokal.
Berikut ini adalah kuliner akulturasi lainnya:
* Tauge goreng, Bogor
* Tauco, Cianjur dan Pekalongan. Bahkan di Pekalongan, terkenal dengan tauto, atau tauco soto
* Siomay, Bandung dan Tangerang. Semula siomay menggunakan daging babi, agar lebih diterima masyarakat diganti dengan daging ayam / udang.
* Cuanki, Bandung. sejenis bakso yang variannya lebih mirip bakwan Malang.
* Nasi jamblang, Cirebon. Unsur lokal menggunakan daun jati sebagai pembungkus nasi.
* Telur asin, Brebes
* Â Swikee, Jatiwangi - Majalengka dan Purwodadi. Bagi kalangan Muslim yang fanatik, kuliner ini trrmasuk haram, karena kodok hidup di dua alam.
* Lunpia, Semarang.
* Lontong Cap Go Meh, Sematang
* Bakpia pathuk, Yogyakarta.
* Sup lidah, Bulukunyi - Makassar
* Otak-otak, akulturasi budaya Tionghoa dan Melayu.
* Wedang ronde dan onde-onde, akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa.
* Jajan pasar, diantaranya kueku, kue berwarna merah dengan isian kacang hijau didalamnya.
Di Bangka Belitung, berkembang tiga kedai kopi dari Tionghoa Peranakan, yakni Kong Djie, Tung Tau dan Ake.
Bahkan sebuah lagu tempo dulu dengan irama stamboel cha-cha berjudul "Bakmi Pangsit", syairnya menunjukkan Ucup dan Joen Nio yang sedang bersenda gurau mengenai kuliner  Tionghoa Peranakan ini.
Mungkin nasih ada lagi kuliner Tionghoa Peranakan yang belum disebutkan, karena banyak ragamnya.
Kuliner Tionghoa Peranakan telah melengkapi ragam kuliner di Nusantara. Bahkan banyak yang menjadi makanan rakyat sehari-hari. Selamat menikmati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H