Dalam kehidupan ini, semestinya kita dapat merasa bahagia, asalkan dapat membuang pola pikir negatif dalam hidup yang kita jalani.
Sebagai contoh kasus, seorang Ibu dengan suami dan dua anak laki-lakinya. Dalam hal kebersihan rumah, sang Ibu yang bertanggung jawab atas semua pekerjaan ini. Dia tidak merasa senang dibantu ART, meski sang suami sudah nenawarkan hal ini.
Sang Ibu membersihkan rumah dengan perasaan tulus tanpa merasa terbebani, asalkan suami dan kedua anaknya selalu menjaga kebersihan. Misal tidak mengotori karpet, saat kembali dari lapangan bola.
Saat melihat karpet yang kotor, sang istri langsung marah besar. Ia merasa jerih payahnya tidak dihargai. Makin sering suami dan kedua anaknya berlaku sembrono atas kebersihan rumah, membuat Ibu ini merasa tidak bahagia.
Atas saran keluarga besarnya, sang Ibu disarankan untuk menemui seorang psikolog.
Setelah mengutarakan masalahnya, sang psikolog memintanya memejamkan mata dan mendengarkan ucapannya.
"Bayangkan kondisi rumah Ibu yang bersih, tanpa bekas sepatu siapapun. Rasakan perasaan yang muncul."
Masih dalam kondisi mata terpejam, sang Ibu menunjukkan wajah yang bahagia, tersenyum manis, dan berkata : "Rumah seperti inilah dambaanku."
Lalu sang psikolog melanjutkan therapinya, "Artinya di rumah itu hanya tinggal Ibu sendiri, tanpa suami dan anak tercinta."
Senyum pelan-pelan mulai menghilang dari wajah sang Ibu, berubah wajah kawatir. Dimana suami dan anak-anaknya, kenapa belum pulang, apakah mereka baik-baik saja?