Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Peluang Munculnya Poros Baru

3 September 2023   10:07 Diperbarui: 3 September 2023   22:24 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ARB-MI (sumber gambar: CNN Indonesia)

Pernyataan Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh, yang secara sepihak mengumumkan cawapres untuk capres ARB adalah cak Imin (MI) yang Ketua Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Pernyataan ini ditengarai menciderai Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP). Semula KPP merupakan koalisi Partai Nasdem, partai  Demokrat, dan PKS.

Setelah pernyataan itu, gaduhlah dunia perpolitikan Indonesia. Demokrat merasa dikhianati dan ditikung, banyak baliho ARB-AHY diturunkan. Dan secara emosional, Demokrat menyatakan  hengkang dari KPP. Juga telah ada pernyataan dari Ketua PB NU, bahwa NU tidak mendukung capres-cawapres siapapun. Yang justru indikasi lemahnya capres-cawapres dari KPP ini.

Meski PKS hingga hari ini masih menyatakan tetap mendukung ARB sebagai capres. Itu artinya PKS masih tetap dalam KPP. Namun ada tanda-tanda akan keluar juga, karena saat deklarasi ARB-MI di Surabaya, Presiden PKS tidak hadir, juga sikap PKS yang menunggu keputusan Dewan Syuro.

Dengan terpilihnya MI sebagai cawapres mendampingi capres ARB, apakah berarti PKB akan bergabung dengan KPP? Dan hengkang dari KKIR (Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya) yang didirikannya bersama Gerindra? Kemungkinan ini ada, meski akar rumput PKS dan PKB sangat berbeda warnanya. 

Mampukah mereka bersatu? Tapi tanpa adanya PKS, Nasdem + PKB masih sanggup mempertahankan KPP karena jumlah kursi berdua partai ini masih memenuhi syarat.

Setelah bergabungnya kekuatan besar, Gerindra, PKB, Golkar dan PAN serta sejumlah partai kecil lainnya dalam KKIR. Apakah Demokrat akan bergabung kesana?  Atau masuk ke kandang banteng? Atau tidak bergabung dengan partai manapun, dan akan menjadi oposisi?

Yang pasti AHY pasti masih berdampingan dengan Anies, menurut sebuah seloroh. Bukan dengan Anies B, tapi dengan Anies A, ada-ada saja. Aniesa adalah nama istri AHY.

Besar kemungkinan Demokrat akan berduet dengan PKS sebagai sempalan KPP. Mengingat probabilitas hengkangnya PKS juga cukup besar, karena beda visi dengan PKB, meski pendukung PKS identik dengan pendukung ARB. Namun untuk bisa mengajukan capres & cawapres, koalisi baru ini harus sanggup merayu masuknya PPP guna memenuhi batas ambang yang ditentukan menurut pasal 222 Undang Undang Pemilu.. 

Bila benar demikian, akan muncul lagi satu poros baru dengan capres-cawapres baru lagi. Sehingga kontestasi akan memiliki empat pilihan. Capres-cawapres poros baru ini bisa mengusung Achmad Heryawan, mantan Gubernur provinsi Jawa Barat dan kader PKS, Anis Matta atau Akhmad Syaikhu dari PKS, AHY dari Demokrat dan SSU dari PPP.

Jadi, harapan untuk munculnya dua kandidat makin sulit. Bahkan besar kemungkinan akan muncul empat kandidat.

Waktu untuk menggadang capres-cawapres masih ada, bahkan GP dan PS belum menentukan cawapresnya. Kehebohan berikutnya bisa saja terjadi. Politik masih sangat cair.

Mari kita nantikan apa yang akan terjadi berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun