Antara tulisan dan video tentu beda dalam menilai positif atau negatifnya suatu aktivitas. Video mampu membuat seseorang dengan cepat memahami suatu peristiwa. Bahkan ada joke yang sering beredar, informasi tertulis tanpa gambar adalah hoaks.
Sebelum pandemi, penulis sempat adu argumen dengan penulis senior, Gapey Sandy. Dia meramalkan, bahwa dimasa datang vlogger akan melibas blogger. Penulis sempat menyanggahnya, bahwa blogger dan vlogger akan berjalan seiring sesuai keahliannya masing-masing. Saat itu hanya ada You Tube. Sementara teknologi berkembang pesat, kini muncul Reels dan Tik Tok yang makin meningkatkan kemampuan menghasilkan video. Belum lagi banyak muncul aplikasi penyuntingan yang lebih user friendly, sebut saja salah satunya CapCut.
Ternyata prediksi Gapey Sandy ebih tepat, bahkan Kompasiana sekarang memberikan fasilitas untuk melekatkan video pada tulisan. Yang sering  dilakukan oleh Rahab, boss KPK, karena memang dulunya nenyunting video adalah bidangnya. Sekarang dengan maraknya video menjadi ladang cuan baginya, dapat berwisata ke Labuan Bajo gara-gara memenangi kompetisi video. Bahkan  kini Kompasiana memberikan tantangan bagi Kompasianer yang konten videonya bagus dan diminati Kompas TV, bisa tayangkan di televisi dan Kompasianer akan menerima fee.
Ketika KPK nenawarkan program "KPK Belajar Video Bagi Pemula", dengan narasumber Agung Handoyo, yang Reelsnya tentang kereta api dan UMKM berseliweran di Instagram. Tanpa pikir panjang, saya langsung mendaftar, apalagi venuenya di O2 Corner, Palmerah, yang hanya 4 stasiun dari rumah saya.
Tentu tujuannya, saya harus bisa menyunting video, meski saya tidak memiliki passion dibidang video. Dulu saat video masih harus disunting dengan Power Director, saya malas sekali mempelajarinya. Sekarang, karena sudah eranya video, maka saya harus bisa supaya tidak dianggap gaptek, meski saya sudah lansia.
Jumat sore 25 Agustus 2023, tepat jam 15.00, saya sudah standby di O2 Corner. Namun heran, koq mas Rahab dan mas Agung belum kelihatan. Karena penasaran, saya membuka aplikasi WA, dan ternyata ada pesan singkat dari mas Rahab bahwa venue pindah ke Bentara Budaya Jakarta (BBJ),:yang terletak di depan O2 Corner.
Ternyata alasan mas Rahab, di BBJ sedang ada even Palmerah Yuk, sehingga tepat untuk latihan praktek mengambil video (Footage).
Ternyata hadir sekitar 8 orang Kompasianer dari 20 orang yang ditargetkan.
Setelah mas Rahab membuka acara selaku Ketua KPK, maka waktu diserahkan sepenuhnya pada mas Agung Han.
Mas Agung Han yang sudah mempersiapkan materi juga bingung, karena dengan pindah ke BBJ berarti tidak ada overhead proyektor. Maka pelatihan dilakukan langsung, untung pesertanya sedikit jadi efektif
Mas Agung Han mengawali pelatihannya dengan mengatakan bahwa membuat video harus mempunyai kepentingan tertentu. Contohnya seperti saat dia bekerja di KAI, banyak temannya yang sudah bisa membuat video, maka supaya tidak ketinggalan zaman, mas Agung merasa perlu belajar juga. Dan akhirnya dia menjadi terbiasa karena banyak berlatih (praktek) dan banyak bertanya.
Menurut fungsinya, ada dua kegunaan video, sebagai soft selling dan story telling.
Yang perlu diperhatikan dalam pengambilan gambar, kita harus dinamis. Kita yang bergerak, atau obyeknya yang kita gerakkan. Selalu ambillah beberapa footage dari sudut yang unik. Cara pengambilan gambar sulit diajarkan, karena setiap orang memiliki intuisi yang berbeda.
Agar gambar yang diambil tidak goyang, bisa dipakai tongkat pemegang gawai agar stabil atau perhatikan cara memegang gawai.
Sebelum membuat video, sebaiknya harus membuat konsep dulu. Jadi sama halnya bila Ingn membuat film.
Setelah membuat konsep, ambillah beberapa footage yang mewakili informasi yang akan disampaikan  Jangan terlalu banyak, tetapi juga jangan terlalu sedikit, supaya tidak kekurangan bahan.
Lalu siapkan script untuk dibaca. Baru kemudian mulai pengisian suara atau voice over. Tips dari mas Rahab pakailah headphone yang ada mikroponnya saat mengisi suara.
Setelah semuanya siap, kita bisa memulai penyuntingan. Untuk pelatihan pertama ini, proses penyuntingan cukup melihat saja. Di rumah, peserta silakan nenyunting sendiri. Karena sudah diberikan waktu 20 menit untuk mengambil footage di area Palmerah Yuk.
Mas Agung memberikan contoh penyuntingan dengan menggunakan aplikasi CapCut. Dimulai membuat 'new project' lalu memasukkan footage yang dipilih. Memasukkan suara,nenyelaraskan dengan video, memberikan musik latar, membuat suara menjadi text hingga mengunggahnya ke Instagram.
Silakan dipraktekkan di rumah. Mas Rahab membuat WA group khusus kelas video. Bagi yang ingin bertanya, dipersilakan mengirimkan pertanyaan melalui group. Dan jawaban akan diberikan melalui group agar semua peserta dapat menyimak. Bila ada waktu, KPK akan mengadakan pelatihan lanjutan, khususnya mengenai penyuntingan.
Belajar Mengajar
Dalam konsep belajar mengajar ada dua konsep. Yang pertama guru mengajarkan semua ilmunya, agar murid mengerti. Dengan resiko, muridnys suatu saat bisa lebih pandai dari gurunya. Konsep kedua, seperti yang dilakukan para guru silat tempo dulu. Ada satu jurus yang disembunyikan. Akibatnya, dari tahun ke tahun, ilmu silat makin berkurang.
Nah, KPK mau menerapkan konsep yang mana? Semoga konsep pertama yang dipilihnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI