Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rahasia Kecantikan Putri Kraton

24 Agustus 2023   07:00 Diperbarui: 24 Agustus 2023   15:00 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
GKR Bendara dan Gana (dok: Siti)


Beruntung sekali peserta Koteka Trip 8 yang berhasil bertemu muka dengan Gusti Ratu Ayu (GRA) Bendara, putri bungsu Sultan Hamengku Buwono X dengan KRA Hemas. GKR Bendars yang dikenal sederhana ini sangat sibuk terutama setelah mendapat tugas membenahi pariwisata Yogyakarta.

Selain membenahi pariwisata di Yogyakarta, GKR Bendara juga sibuk memasarkan teh, karena minum teh adalah salah satu budaya kraton  Kebun teh terdapat di desa wisata Kulon Progo. Meski kebunnya tidak terlalu luas, karena petani menanam sesuai permintaan pasar. Dari semula cengkeh, berubah menjadi teh dan sekarang kopi yang dominan. Cita rasa teh yang disukai GKR Bendara adalah yang gitel, legi tur kentel, yang beda rasanya dengan teh celup atau teh luar negeri yang terkenal. Bahkan saat kuliah di luar negeri, GKR Bendara selalu berbekal teh asli Yogyakarta.

Meski sebagai putri kraton, GKR Bendara memiliki pengalaman studi di luar negeri. sejak SMA sudah sekolah di Singapura, saat ingin melanjutkan kuliah, ada tiga pilihan, di Singapura, Australia atau Swiss. Atas saran ayahnya, dipilihkan Swiss supaya tidak sering pulang, karena jauh. Juga karena GKR Bendara dianggap paling cerewet, maka dipilihkan studi hospitality, dengan harapan setelah lulus dapat memimpin hotel Ambarukmo.

Pengalaman menarik saat kuliah di Swiss adalah kuliah teori hanya enam bulan, sisanya magang atau praktek langsung. Dari makan pagi jam 6, kuliah, dan makan malam dilakukan semua di kampus.

Karena SMA di Singapura, maka bahasa Inggris yang dikuasainya adalah Singlish, untuk mengikuti kuliah di Swiss tidak ada masalah, sedangkan di lingkungan non kampus bahasa yang digunakan adalah Jerman.

Saat mengambil S2 baru timbul masalah, karena bahasa Inggrisnya dianggap aneh, sehingga harus belajar lagi.

Ternyata GKR Bendara kurang memiliki passion di hotel, bahkan skripsi S1 nya mengenai transportasi, tentang Trans Jakarta. Jadi S2 mengambil jurusan heritage & cultural di Edinburg, Scotlandia.

Saat menjadi diaspora, GKR Bendara tidak pernah mengenalkan kuliner Indonesia, bahkan berbekal gudeg kalengan untuk meredam rasa rindu pada Yogyakarta. Untuk tarian malahan pernah menarikan tarian Aceh, karena tarian Jawa temponya sangat lambat, kawatir penonton bosan.

Edinburg adalah sebuah kota tua yang mirip dengan Yogyakarta. Yang harus diproteksi agar kebudayaan dapat dilestarikan.

Namun harus dipromosikan dengan cara baru, supaya salah persepsi bahwa kraton itu sakral dan mistis dapat dihilangkan. Harus dipromosikan dengan kemasan yang berubah, sehingga dapat diterima masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun