Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kemanusiaan itu Mengharukan

18 Agustus 2023   05:00 Diperbarui: 18 Agustus 2023   06:17 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ( sumber gambar: shafta sch.id)

Dan hubungan kekerabatan ini, masih terus berlangsung hingga sekarang. Dengan saling berkomunikasi dan saling mendoakan kesehatan masing-masing.

Ada peserta lainnya, sebut saya Y, juga berkisah saat kuliah di Amerika Serikat. Teman satu flatnya adalah mahasiswa Katolik dan Budha. Kita selalu pergi bersama-sama cari makan, tapi lalu berpisah setibanya di lokasi. Teman berdua ke lokasi lain, sementara Y pergi ke lokasi penjual ikan atau ayam.

Juga ada kisah dari peserta lain, sebut saja Z, yang bercerita pengalamannya saat bertugas di Toraja. Di Toraja hidup berdampingan warga Kristen dan Islam., akibatnya mereka saling mengenai apa yang boleh dan yang dilarang. Bila mengadakan pesta, mereka selalu membuat dua dapur terpisah, untuk menyiapkan makanan untuk berpesta. Dihilangkan dalam satu meja, tetapi mereka mengetahui mana yang boleh dimakan dan yang tidak. Meski ada perbedaaan dalam makanan, mereka tetap bisa saling bersilaturahmi.

Jadi pada dasarnya kita saling menghargai satu sama lain. Karena bila kita ingin dihargai, kita hendaknya menghargai orang lain juga.

Peserta lainnya, sebut saja M, juga berkisah pengalaman anaknya saat kuliah di Jerman. Pertama kali naik pesawat udara, duduk di bagian jendela, dari deretan tiga kursi bersama dua orang Eropa. Mereka berdua dengan santainya minum minuman beralkohol, sementara anaknya hanya dapat menutup hidung untuk mencegah bau alkohol tercium, yang keluar dari gelas maupun mulut mereka.

Pramugari yang bertugas merasa kasihan, dan mengusulkan anaknya untuk pindah tempat duduk, tapi ditolak oleh anaknya. Akibatnya dua orang Eropa ini merasa rikuh.

Setelah pesawat mendarat di Jerman, orang Eropa itu dengan senang hati menurunkan bagasi anaknya dari locker di kabin. Bahkan menemani anaknya hingga jemputan datang.

Pengalaman di rumah pondokan juga baik, bahkan anaknya selalu dicegah bila keliru ingin nengambil daging babi atau mengambil minuman beralkohol. Mereka sangat menghargai dan menyayangi anaknya.

Berdasarkan kisah-kisah di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa:
* kita harus adil sejak dalam pikiran
* kita hendaknya menjadi manusia Indonesia seutuhnya
* secara realistik kita memang berbeda

Untuk menimbulkan keberagaman, maka kita hendaknya:
* saling menghilangkan sekat
* selalu bekerja sama
* saling menghargai
* saling berkolaborasi
* tidak saling mengganggu
* selalu nendukung upaya baik
* selalu nenyebarkan kebaikan

Pada dasarnya, kita harus saling memberikan manfaat bagi sekitar kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun