Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mengenal Adat Sumatera Barat

12 Agustus 2023   05:00 Diperbarui: 12 Agustus 2023   05:31 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kunjungan pertama kami adalah anjungan Sumatera Barat di TMII. Dengan diantar menggunakan angkling, setelah mengunjungi menara pandang, kami langsung menuju anjungan Sumatera Barat.

Anjungan Sumatera Barat adalah salah satu favorit di TMII. Pengunjung dapat menyaksikan tradisi, tarian, rumah gadang, balairung hingga surau.

Bagi pemprov Sumatera Barat, anjungan ini untuk mempromosukan kebudayaan, pariwisata, produk UMKM dan kuliner Sumatera Barat.

Saat kami berkunjung, anjungan Sumatera Barat baru selesai direvitalisasi. Menurut teman, yang pernah mengunjungi anjungan ini sebelumnya, dulu terdapat rumah makan Padang. Sekarang hanya terdapat kantin yang menjual minuman dan snack serta menyewakan busana adat. Lenyapnya rumah makan Padang sangat disayangkan, karena pengunjung tidak dapat lagi mencicipi nikmatnya kuliner khas Sumatera Barat.

Di bagian depan anjungan, kami disambut patung kerbau. Sesuai dengan arti minangkabau yaitu minang kerbau.

Kerbau (dokpri) 
Kerbau (dokpri) 
Saat memasuki rumah gadang, kami disambut Uni Ega, pemandu baru anjungan Sumatera Barat yang masih didampingi seniornya, Jumat Susanto..

Rumah gadang ini terdiri dari sembilan ruang dengan empat baris atap, yang berbentuk seperti tanduk kerbau. Atapnya terbuat dari ijuk, dan ditata saling mengait. Tujuannya, agar kuat menahan hujan, maupun angin yang kencang. Air hujan langsung turun ke bawah, hingga tidak membasahi bagian dalam rumah.

Karena Indonesia berada dalam rings of fire, maka rumah gadang dibuat anti gempa. Pondasi dibuat menahan bobot rumah, tetapi hanya bergeser saat terjadi gempa. Sistem ini juga untuk mengurangi bahaya rayap.

Masyarakat Minang adalah penganut agama Islam yang taat. Namun selalu menghargai keteraturan dengan menjunjung tinggi keputusan bersama  Sanggup beradaptasi, dan  selalu waspada. Fungsi ukiran pada rumah untuk menambah keindahan, agar tamu senang saling bersilaturahmi.

Masyarakat Minang memiliki banyak warna yang berbeda pada tiap kabupaten. Namun warna yang dominan adalah merah, hitam dan kuning. Yang biasa dipakai untuk penobatan datuk.

Warna hitam, artinya ketegasan, warna merah artinya berani, dan warna kuning artinya bijak. Warna-warni terlihat pada aneka busana adat yang berbeda untuk tiap kabupaten.

Busana adat (dokpri)
Busana adat (dokpri)
Pada rumah gadang, kami dapat menyaksikan aneka busana adat, alat musik, peralatan makan, pelaminan pengantin, dan kamar pengantin.

Pelaminan (dokpri)
Pelaminan (dokpri)
Adat yang dijunjung adalah garis keturunan Ibu. Anak laki-laki boleh dijodohkan dengan orang luar. Namun anak perempuan harus dijodohkan dengan laki-laki Minang.

Bila terjadi perceraian, maka laki-laki akan diminta dengan hormat untuk meninggalkan rumah.

Anak laki-laki dilarang tinggal di rumah gadang, tetapi harus tinggal di surau. Untuk belajar tiga hal: agama,silat dan pengetahuan. Setelah dianggap memiliki bekal yang cukup, anak laki-laki berusia 18-20;tahun dianggap siap merantau.

Itulah sebabnya orang Padang senang merantau, sehingga dimana-mana mudah ditemukan rumah makan Padang.

Bicara tentang kuliner Padang adalah: rendang, dendeng batokok, sate Padang, keripik sanjai, gulai cincang, asam padeh, nasi kapau, gulai pangek masin, gulai itiak lado mudo, palai, gulai ayam, gulai banak, kalio ayam, sala lauk, gulai paku, soto Padang, kalih bugih, lamang tapai,  kacimuih, bubur kampiun, teh talua, es tebak, dan kerupuk kuah.

Yang paling terkenal adalah rendang. Yang biasa dibawa sebagai bekal saat merantau,  karena tahan lama. Pembuatan rendang membutuhkan waktu lama 4-5 jam dan tidak dapat ditinggal, karena harus menggunakan api yang sesuai, hingga air menguap habis.

Rendang (sumber : kompas.com)
Rendang (sumber : kompas.com)
Filosofi rendang, yang terdiri atas:
* Daging sapi adalah orang peting yang dihormati.
* lado, sambal, atau cabai, diibaratkan pimpinan agama
* Rempah, adalah masyarakat Minang

Pembagian pada rumah gadang yang dihuni banyak keluarga, adalah satu jendela satu keluarga.

Jendela (dok: Ameliya)
Jendela (dok: Ameliya)
Fungsi balairung untuk ramah tamah. Ada filsafat Minang yang terkenal, dalam mengambil keputusan, boleh bicara keras saat adu argumentasi, namun jangan bersengketa. Hal ini biasa dilambangkan dengan penyembelihan kerbau sebelum musyawarah dimulai

Masyarakat Minang sangat menjunjung tinggi adat dan agama. Jadi pantang dipertentangkan.

Pada anjungan Sumatera Barat, pengunjung dapat belajar menari, misal tari piring. Tidak hanya menonton saja, agar memiliki pengalaman yang mendalam.

Busana adat disebut baju kurung, namun tiap kabupaten berbeda, dengan filsafat yang berbeda.

Tamu VVIP atau tamu negara  biasanya menanam pohon dan diberi tanda, sehingga dapat diperlihatkan pada pengunjung sesudahnya.

Rupanya penjelasan Pak Purnomo yang sangat lengkap menjelaskan detail tentang adat istiadat Minang, tidak cukup hanya dalam satu jam, sehingga waktu kunjungan molor cukup lama.

Akhirnya, dengan berat hati, kami harus mengakhiri kunjungan di anjungan Sumatera Barat, setelah berfoto bersama. Semoga kita dapat kembali berkunjung untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap.

Kami pun meninggalkan anjungan Sumatera Barat dan menuju anjungan berikutnya, provinsi Papua.

Sumatera Barat, rancak bana !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun