Indonesia sudah memiliki modal, dengan semangat Non Blok, ASEAN dan Konferensi Asia Afrika.
Dunia sudah berubah,kita harus dapat mensiasati dan menunjukkan kualitas bangsa yang memiliki keunggulan.
Contohlah Singapura, Korea Selatan, China dan Uni Emirat Arab. Pemimpin harus mampu membuat dunia lebih baik.
Acara yang dimoderatori oleh Sukidi lalu menghadirkan penanggap / panelis pertama Dr. Rizal Sukma, seorang diplomat dan Senior Fellow dari CSIS.
Menurut Rizal, dunia bergerak ke arah multi polar yang tidak setara dan muncul hiearkhy, contoh :
- Amerika Serikat, China
- India, Jepang, Indonesia
- Negara-negara dengan kekuatan kecil
Sehingga diperlukan strategi untuk melakukan proses transisi. Rizal justru mempertanyakan kekuatan ASEAN. Karena sebenarnya yang diperlukan adalah inter dependency.
Dino menanggapi panelis dengan perlunya strategi arsitektur. Indonesia tidak perlu berhadapan sendiri dengan kekuatan yang mengganggu. Akan lebih kuat bila gangguan dihadapi secara bersama oleh ASEAN. ASEAN harus berani dalam geo politik.
Panelis kedua adalah Prof. Dewi Fortuna Anwar,, professor di BRIN.
Dalam tanggapannya Dewi menyetujui untuk belajar dari sejarah. Mengenai multi polar, Dewi lebih suka menggunakan istilah multiplex.
Dino menanggapi dengan menyatakan bahwa rivalitas multi polar akan menimbulkan konflik, yang baru di tingkat Pemerintah dan belum menjadi perang ideologis.
Contoh: Rusia melawan Barat, Rusia melawan Amerika Serikat.