Belum lagi ditambah perlakuan tidak nyaman bagi golongan tertentu dalam berusaha. Bila sukses selalu dituduh telah melakukan kecurangan,atau memperoleh fasilitas, mau masuk ke jalur pendidikan tinggi juga dipersulit. Meski untuk masuk ke politik sekarang mulai terbuka.
Bisa juga WNI ini adalah orang-orang yang pernah mengalami kekecewaan karena perlakuan hukum yang timpang di masa lalu, misal penyerobotan tanah, hukum yang tidak adil sehingga menjadi pihak yang dikalahkan (meski merasa benar) dan banyak ketimpangan lain yang dialami di negeri ini.
Mungkin juga WNi yang pindah warganegara ini berprofesi dokter. Banyak berita miring tentang sulitnya dokter lulusan luar negeri untuk bekerja di Indonesia, padahal mereka diterima di Singapura  Memang saat ini sudah terbit UU Kesehatan yang baru, namun masih terjadi kontroversi hingga harus naik ke Mahkamah Konstitusi.
Hal lainnya, kehidupan di Eropa dan Amerika Serikat yang mulai memburuk. Mereka yang memiliki kekayaan cukup ingin hidup lebih tenang dalam negara yang lebih tertib. Khususnya dalam hal penegakan hukum.
Selain golongan tertentu  yang merasa kurang nyaman hidup di Indonesia, Hal yang paling mendasar adalah pendidikan akan rasa cinta tanah air yang  terasa sangat tipis.Â
Mata pelajaran civics yang diajarkan dari bangku sekolah dasar hingga perguruan tinggi terasa hanya sebagai hafalan semata. Hanya sebagai mata pelajaran yang harus ditempuh dan lulus. Tanpa penghayatan yang nyata, yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Paling rasa cinta tanah air hanya tampak pada bidang olahraga, saat duta olahraga bertanding melawan pemain negara lain. Warga Indonesia benar-benar menunjukkan dukungannya saat pemain Indonesia berlaga.
Jadi, ungkapan dari Imigrasi ini bukan hanya berita semata, namun harus menjadi peringatan bagi Pemerintah, bahwa nasih ada yang tidak beres di negeri ini. Peran Pemerintah harus berani bertindak tegas, guna melindungi hak seluruh warganegara. Janganlah Pemerintah atau aparat hukum pura-pura tidak tahu, dan baru bertindak, bila ada cuitan atau konten dari sosial media yang viral. Padahal itu hanya sebagian kecil saja yang terungkap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H