Sebuah film pendek berdurasi 29 menit karya sinemas Ceko pada tahun 2003 seperti diilhami kesetiaan Nabi Ibrahim yang bersedia mengorbankan anaknya yang tunggal Ismail. Kejadian Nabi Ibrahim inilah yang kini diperingati sebagai Idul Adha, manusia harus berkurban untuk dibagikan kepada sesamanya. Kurban bukanlah anak manusia.
Seperti saat Allah menguji kesetiaan Nabi Ibrahim, tetapi sesuai perintah Allah untuk mengganti kurban anak tunggalnya dengan hewan kurban. Tentunya bagi mereka yang mampu atau bersinergi membeli hewan kurban secara patungan.
Film ",Most" ini dalam Bahasa Ceko artinya jembatan. Sinopsis film ini menceritakan seorang ayah tunggal yang hidup bersama anak tunggalnya, seorang putra bernama Lado berusia sekitar 8;tahun.
Tidak disebutkan kemana sang Ibu, entah meningga dunial entah bercerai dengan sang ayah. Sang ayah sangat mencintai putranya, demikian pula sebaliknya.
Sang ayah menganggap Lado adalah harta satu-satunya yang sangat berharga, yang tak tergantikan oleh apapun.
Sang ayah bekerja sebagai penjaga jembatan yang mengatur naik turunnya jembatan karena jembatan harus diangkat bila ada kapal lewat. Sebaliknya bila pada posisi normal, jembatan itu menopang rel kereta api yang menghubungkan daerah yang dihubungkan oleh jembatan itu. Jadi, bila kapal sudah lewat, jembatan itu diturunkan agar kereta api dapat melewatinya.
Suatu hari sang ayah mengajak anaknya ke tempat kerjanya, sehingga Lado mengetahui cara kerja ayahnya sehari-hari
Di dalam film juga disorot suasana stasiun, yang penuh dengan beraneka ragam calon  penumpang, ada pedagang, ada karyawan, tetapi ada pula pecandu narkoba dan perampok.
Suatu hari sang ayah setelah menjemput Lado dari sekolah, berangkat menuju posnya tempat bekerja sehari-hari. Dan meminta Lado bermain di sawah atau memancing. Ada kejadian yang luar biasa, kereta api datang lebih cepat dari biasanya, padahal posisi jembatan sedang terangkat, karena baru saja ada kapal lewat.
Lado yang rupanya mengikuti ayahnya diam-diam, ketika melihat kereta api yang meluncur dengan cepat menuju jembatan, berteriak memanggil ayahnya. Namun sang ayah tidak mendengarnya. Bahkan sang ayah terkejut, ketika menengok ke sawah anaknya tidak ada, tetapi sedang berada di posnya sambil mencoba mendorong tuas untuk menurunkan jembatan.
Karena kurang hati-hati Lado terjatuh diantara roda-roda penggerak jembatan. Sang ayah berhadapan pada dua pilihan berat, menyelamatkan Lado putra semata wayangnya, atau menurunkan jembatan untuk menyelamatkan ratusan nyawa penumpang kereta api, yang isinya beraneka ragam manusia, dari pedagang, karyawan, perampok bahkan pengidap narkoba.
Sang ayah akhirnya memilih pilihan kedua menurunkan jembatan dan menyelamatkan ratusan penumpang kereta api. Selamatlah kereta api melalui jembatan yang telah diturunkan. Namun penumpang didalam kereta api bertanya-tanya ketika melihat seorang laki-laki yang menangis teraedu-sedu sambil memeluk mayat putranya.
Para penumpang kereta api tidak ada yang  mengetahui peristiwa sebenar
nya, mereka hanya terheran-heran melihat lelaki dalam duka itu.
Sebuah pilihan yang berat, namun dengan pilihannya sang ayah berhasil menyelamatkan ratusan penumpang kereta api. Sementara terjadi korban tunggal, justru anak satu-satunya yang sangat dicintainya.
Film ini sangat tepat ditonton bertepatan dengan perayaan Idul Adha. Identik dengan Nabi Ibrahim yang tetap setia pada Allah meski dicobai harus nengurbankan putra tunggalnya, Nabi Ismail.
Film ini sangat tepat bila diganjar banyak penghargaan, karena kisahnya yang sangat menyentuh hati siapapun yang menyaksikannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H