Menurut juru kunci yang telah berusia 83:tahun dan merupakan generasi ke 9 yang harus didampingi seorang pemuda menceritakan bahwa situs ini  diketemukan expedisi Belanda sekitar tahun 1842. Rumah untuk prasasti ini dibangun oleh presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno. Tugas juru kunci membersihkan situs dan memberi penjelasan kepada para pengunjung. Karena juru kunci sudah tua, maka agar informasi dapat disampaikan dengan jelas, disampaikan oleh seorang pemuda.
Selain batu prasasti, juga terdapat batu dengan tapak kaki Surawisesa dan batu simbol lingga. Batu-batuan ini diduga sama dengan batu megalitikum yang terdapat di klenteng Phan Ko Bio, di Pulo Geulis, Bogor. Di ruangan ini juga terdapat silsilah raja Pajajaran.
Pada malam Jumat serta bulan Maulud banyak pesiarah datang untuk mohon agar niat mereka dapat terkabul, seperti menjadi kaya, sembuh dari sakit, naik pangkat atau mempunyai pasangan / anak.
3. Istana Batutulis
Dari prasasti Batutulis, kami menuju destinasi berikutnya yakni Istana Batutulis. Namun karena kami belum mengajukan izin, maka kami tidak diperkenankan masuk. Jadi kami hanya berfoto di luar istana.
Destinasi ini sebenarnya tidak ada dalam rundown acara hanya bonus karena sudah ada di kawasan Batutulis.
4. Ci Fulus
Ini juga destinasi bonus. Biasanya peziarah prasasti Batutulis juga mengunjungi Ci Fulus, yang dipercaya sebagai pemandian para putri raja Pajajaran. Selain pemandian juga terdapat air pancuran. Air pada Ci Fulus berasal dari tanah, yang tidak pernah kering meski musim kemarau panjang.
Menurut Ibu-ibu warga di dekat rel kereta api, yang sedang mengambil air untuk minum, memasak dan mencuci, menceritakan bahwa Ci Fulus ini menjadi sumber air bagi mereka. Air tanpa dimasak tidak mengakibatkan sakit perut. Namun bagi warga di luar Batutulis, Ci Fulus ini dipercaya memiliki kekeramatan untuk minta kaya, naik pangkat, punya pasangan / anak dan sembuh dari sakit asal mandi dari Ci Fulus.
Ci Fulus, yang kalau diartikan dari bahasa Sunda, memang artinya air yang mendatangkan uang / fulus. Itulah sebabnya peziarah banyak membawa gallon untuk diisi air untuk mandi atau botol untuk meminum airnya. Seperti seorang Bapak yang bertemu kami di stasiun Batutulis juga membawa botol, ketika ketemu di Ci Fulus.
Beberapa peserta juga sempat cuci muka dan minum Ci Fulus dari pancuran yang tersedia.
Di era digital ini masih percaya dengan hal mistis ini? Semuanya terserah kepercayaan masing-masing pribadi.