Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Fun Walk di HJB ke-541

5 Juni 2023   23:04 Diperbarui: 5 Juni 2023   23:22 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Ini bukan kegiatan komunitas manapun, tapi  kegiatan pribadi beberapa kawan dari Bogor, Depok dan Tangerang Selatan. Jadi jangan ada yang protes yach...

Semula dirancang oleh leader kami, untuk kumpul di stasiun Bogor jam 6.00 pagi agar bisa menikmati kue balok yang viral di media sosial. Karena setelah dihitung dengan cermat dengan kereta api terpagi saja peserta terjauh baru tiba di stasiun Bogor-jam 6.30 pagi, Itupun kalau kereta api tidak menunggu sinyal boleh masuk stasiun. Akhirnya dengan bijak, leader kami memutuskan untuk jam 4.00 subuh langsung ke penjual kue balok, memesan dan menunggu pesanan sambil minum kopi, baru jam 7.00 ke stasiun Bogor untuk bertemu dengan semua peserta.

Tiba di stasiun Bogor, penulis langsung disodori kue balok, oleh-oleh dari leader kami yang dibagikan ke seluruh peserta, karena kalau kami kesana jam 7.00 pasti sudah habis, menurut cerita leader kami, seorang perempuan cantik dari Jakarta yang datang jam 6.00 saja sudah tidak kebagian.

Kue balok (dokpri)
Kue balok (dokpri)
Tanpa menghilangkan rasa terima kasih kami atas jerih payah leader untuk memesan kue balok, menurut penilaian (review) kami kue balok ini rasanya biasa-biasa saja, hanya kue yang gurih karena didalam adonannya terdapat irisan kelapa. Kenapa orang jadi tergila-gila pada kue balok ini sehingga rela jauh-jauh dan berangkat dini hari, padahal kalau mau enak, nikmati saja kue dari Bogor Permai atau Jumpa Bogor (Jumbo). Mungkin gara-gara viral di sosial media, banyak orang jadi penasaran saja.

Setelah seluruh peserta berkumpul, jam 8.00 kami meninggalkan stasiun Bogor-dan mulai mengayunkan langkah kaki menuju kawasan Air Mancur. Inilah awal dari Fun Walk tanpa panitia tapi kita guyub karena pertemanan.

Kami menyusuri jalan kecil yang terdapat rumah arsitek asal Medan, Sumatera Utara yang merancang masjid Istiqlal dan beberapa ikon bangunan di Jakarta, yakni Ir. Frederich Silaban, jalan kecil itu kini bernama Arsitek Silaban, sebagai penghormatan atas jasa-jasa beliau.

Lalu kami tiba di jalan raya atau jalan Juanda, kami melewati bangunan tua yang masih digunakan sebagai hotel dan selalu ramai, dengan merek "Hotel Salak The Heritage". Di sebelahnya juga ada sebuah bangunan tua, yang dipenuhi karangan bunga papan ucapan selamat HJB 541, rupanya bangunan ini adalah balaikota Bogor. Penulis beberapa tahun sebelumnya pernah mengikuti acara Heritage Fun Run yang routenya melewati bangunan kuno di kota Bogor, salah satunya Balaikota Bogor ini. Karena sepi, mungkin walikota dan jajarannya sedang di jalan Sudirman untuk menyaksikan pawai budaya, kami manfaatkan untuk foto bersama.

Balaikota (dokpri)
Balaikota (dokpri)


Kami juga sempat berfoto di titik 0 Km kota Bogor (Buitenzorg) yang sekarang, konon dulunya berada didalam Kebun Raya Bogor.

Setelah berjalan beberapa langkah, salah satu peserta mengatakan belum sempat sarapan, maka mampirlah kami di sebuah rumah makan pecel Madiun. Memang kelompok kami ini visinya makan dan jalan, banyak makan tapi tetap langsung karena lemak terurai karena jalan kaki. Seluruh rombongan menikmati pecel Madiun, meski juga menjual rawon dan soto. Kecuali dua peserta yang mau menikmati 'quality time' berdua dengan mantan pacar ke lokasi berbeda.

Setelah selesai mengisi bahan bakar di perut masing-masing, kami melanjutkan perjalanan menuju jalan Sudirman. Kami melewati masjid Jendral Sudirman dan museum PETA, juga rumah makan / toko kue tertua Bogor Permai, sebelum mencapai jalan Sudirman, namun museumnya tutup karena hari Minggu.

Tibalah kami di jalan Sudirman yang kondisi jalannya tertutup, karena dijadikan lokasi pawai budaya  untuk menyambut Hari Jadi Bogor (HJB) 541. Jadilah  sebuah pengalaman bagi kami melenggang ditengah jalan, tanpa takut diserempet sepeda motor atau angkot.

Pawai budaya (dok: Rahab)
Pawai budaya (dok: Rahab)

Sesampai ditengah jalan Sudirman kami bersua dengan peserta pawai budaya. Suasana sangat riuh rendah dengan musik dan tari, dari peserta pawai dengan busananya masing-masing, tiap kecamatan saling bersaing untuk tampil terbaik didepan panggung utama, yang dihadiri walikota Bogor, Bima Arya.

Bima Arya (dok: Woro)
Bima Arya (dok: Woro)


Sama seperti kebanyakan pejabat di era Presiden Joko Widodo, sangat humble saat bertemu dengan warganya. Demikian pula walikota Bogor Bima Arya saat bertemu dengan putera ketiga mbak Woro, mereka sempat berjabat tangan dan berfoto bersama.

Peserta pawai beraneka ragam, ada barisan jawara, ada barisan anak sekolah, ada barisan penari, ada peserta dengan pakaian wayang dan pakaian adat berbagai daerah di Indonesia, juga pertunjukan tari naga, tetapi naganya terbuat dari bambu.

Kami berangkat bersembilan, tetapi akhirnya terpencar karena bercampur baur dengan ribuan warga Bogor yang menonton pawai budaya  Untung ada media pesan singkat WhatsApp yang memudahkan kami berkomunikasi. Akhirnya kami dapat berkumpul di markas Demlat, didepan Kopi Kenangan atau Martabak Air Mancur. Suasana bertambah seru ketika ada peserta yang membagikan giveaway balung kuwuk dari lemparan peserta pawai didepan panggung utama. Menikmati camilan gratis memang lain rasanya.

Sekitar jam 10.00 jalan Sudirman sudah dibuka lagi untuk kendaraan, karena pawai budaya  sudah berakhir. Kamipun mengayun langkah menyusuri tepi jalan Sudirman, karena kendaraan sudah berlalu lalang. Dengan melalui pasar Anyar, akhirnya kami tiba juga di Alun-alun Bogor. Sejenak melepaskan lelah sambil ngobrol sana sini, tak terasa sudah tengah hari, tibalah saat berpisah, dan kami pulang ke habitat masing-masing.

Pelajaran yang kami dapat saat beristirahat di Alun-alun Bogor, warga kurang peduli pada kebersihan, meski sudah berkali-kali dingatkan melalui pengeras suara. Jalan Sudirman tempat pawai budaya diadakan juga terpaksa harus mengerahkan staf DLH Bogor untuk memunguti sampah yang dibuang seenaknya oleh warga. Semoga warga makin peduli pada lingkungannya, apalagi tanggal 5 Juni adalah Hari Lingkungan Hidup Dunia (World Environment Day).

Selamat Hari Jadi Bogor ke 541, semoga Bogor yang makin tua terus bersolek. Meski saat ini disebut kota seribu angkot, issue yang santer diluaran kabarnya segera angkot akan digantikan oleh trem di dalam kota seperti kota-kota di Eropa. Selamat tinggal kemacetan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun