Tanggapan pertama diberikan oleh sosiolog UI yang mengamini keresahan Buya Nashir. Pemerintah harus menyiapkan ekosistem agar masyarakat dapat membangun dirinya sendiri. Solusi yang ditawarkan pendekatan manajemen publik seperti memperbaiki kesehatan dan pendidikan, serta pendekatan resiko dalam pembangunan.
Sementara penanggap kedua, ekonomi INDEF menyatakan kritik tentang oligarkhi yang disampaikan secara santun, justru akan memenjarakan kita sendiri. Ada optimisme dalam menurunkan pengangguran dan kemiskinan. Namun pertumbihan ekonomi yang sering disebutkan 8% ternyata sebenarnya hanya 5% saja, karena tergerus oleh korupsi
Selain pasal 33 dalam UUD seharusnya ada pasal-pasal lain yang perlu dicermati, misal pasal 23 dan 27.
Dalam menyusun konsep  perekonomian dalam pembangunan hendaknya mengacu pada struktur masyarakat. Bila sebagian besar masyarakat masih tamatan SD dan bertani, harus mengutamakan sektor pertanian.
Sementara penanggap ketiga, sekaligus sebagai  hak jawab yang mewakili Pemerintah menyatakan semua yang dibahas adalah kondisi ideal. Namun kita jangan lupa pada pengaruh keadilan global
Ada tiga dimensi yang harus diperhatikan, yaitu dimensi material, dimensi sosial dan dimensi moral.
Kebijakan ekonomi yang baru telah mencajup:
1. Asymetric development dengan pembagian kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat dan lainnya, ini pertanda negara hadir.
2. Capital reform, diperlukan pembangunan kemampuan.
3. Penerapan ekonomi berbasis nilai tambah, meski harus menghadapi serangan global, misal hilirisasi nikel.
Pada closing statementnya, Buya Nashir berpesan agar kita bisa merawat Indonesia. Agar tidak menjadi negara besar yang sedang mencari sesuatu diluar rumah, sedangkan suasana didalam rumahnya sendiri masih gelap.
Tulisan ini hanya penggalan atau sebagian  pembahasan pada acara Gagas RI, sebagai appetizer saja. Sajian. lengkapnya, silakan saksikan sendiri di Kompas TV, agar tulisan ini tidak beraroma spoiler.
Selamat menyaksikan !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H