Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Apa itu VUCA? Dan Cara Mengatasinya

6 Mei 2023   18:23 Diperbarui: 6 Mei 2023   18:25 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber: kitalulus.com)

VUCA, adalah kependekan dari Volatility, Uncertainty, Complexity dan Ambiguity. Istilah VUCA diperkenalkan pertama kali oleh Warren Bennis dan Burt Nunus, dua orang pakar ilmu bisnis dari Amerika Serikat pada tahun 1987.

Dalam teorinya, keduanya menyatakan bahwa VUCA menyebabkan terjadinya disrupsi teknologi, termasuk pemanfaatan teknologi kecerdasaan buatan (AI) yang memporakporandakan pasar, bisnis menjadi tidak stabil dan terus berubah. Merubah pola konsumen dan menimbulkan persaingan  meningkat sangat tajam.

Mulai pemanfaatan teknologi dalam cara  pemesanan makanan, pelayanan atau penyajian pesanan bahkan hingga cara pembayaran. Penggunaan robot sebagai pelayan untuk menjadi daya tarik bagi konsumen, sehingga membuat modal awal untuk mendirikan sebuah rumah makan jauh lebih tinggi, demi untuk menarik perhatian calon pelanggan

Kita merasakan sendiri, tergerusnya bisnis transportasi (taksi) dengan munculnya taksi daring, membeli makanan demikian mudah, tinggal menekan gawai, makanan tidak berapa lama tersedia di depan rumah, banyak rumah makan menata ulang interiornya, agar pelanggan masih mau datang berkunjung ke rumah makannya, sehingga muncullah konsep rumah makan yang Instagramable. Tidak hanya melulu enak citarasanya, namun juga harus cantik interior rumah makan termasuk penataan kulinernya.

Dengan munculnya teori VUCA, kondisi bisnis terus bergejolak, makin kompleks atau rumit. Perubahan dapat terjadi kapan saja, tidak dapat diprediksi. Kalau dulu diperlukan keahllian manusia sebagai script writer untuk menuliskan penjelasan secara gamblang. Kini mesin telah dapat menggantikannya, contoh munculnya aplikasi Chat GPT.

Kondisi persaingan meningkat sedemikian tinggi, sehingga tingkat stress makin tinggi dari waktu ke waktu. Akibatnya bunuh diri menjadi penyebab kematian nomor dua, dilaporkan dalam setiap 40 detik terdapat kasus bunuh diri. Dan parahnya potensi buniuh diri pada pria memiliki peluang tiga kali lebih besar, khususnya di negara berkembang dimana pria masih menjadi tonggak pencari nafkah utama di dalam keluarga. Hal ini terjadi, karena pria dianggap kurang mampu mengekspresikan emosinya, dibandingkan dengan wanita yang lebih mampu mengekspresikan emosinya, seperti menyatakan perasaan bahagia, sedih dan sebagainya. Secara rerata kasus bunuh diri dilakukan dengan cara gantung diri atau minum pestisida.

Bagaimana mengantisipasi VUCA? VUCA harus dilawan dengan VUCA juga.

Dalam hal ini volatility harus dilawan dengan visibility. Uncertainty dilawan dengan understanding. Complexity dilawan dengan clearity, dan ambiguity dilawan dengan agility (kelincahan menghadapi perubahan).

VUCA tandingan ini dapat dikemas secara ringkas sebagai self awareness.

Jadi volatility harus dilawan dengan tindakan yang nyata. Dengan pemahaman yang mendalam, mau melakukan perubahan atau pergeseran, prinsipnya mau berubah, jangan statis. Dan semua ketidak pastian harus dihadapi secara lincah, dengan secara terbuka dan jernih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun