Terletak di dekat Alun-alun kota Kudus, tepatnya di Jalan Sunan Muria, Desa Glantengan, Kecamatan Kota dan berada di lantai dua,sedangkan lantai satu digunakan untuk toko yang menjual jenang.
Diprakarsai oleh swasta, Mubarak Food, mengingat Kudus adalah kota penghasil jenang terbesar di Jawa Tengah. Melalui museum ini dikisahkan perkembangan jenang dari masa lalu hingga kini.
Jenang Kudus berawal dari usaha rumahan H. Mabrun dan Hj Alawiyah yang mulai pembuatan di rumah jl. Sinar 33 hingga dijual di pasar Bubar Menara pada tahun 1930. Produk ini berupa makanan yang terbuat dari teping beras ketan yang diolah secara manual, memiliki rasa legit, dijual tanpa merek, hingga akhirnya menggunakan merek alamat rumahnya. Pelan-pelan akhirnya makanan ini disukai banyak orang dan menjadi oleh-oleh khas Kudus. Merek Sinar 33 ini kini bermetamorfosa menjadi Mubarak Food
Tampak depannya berupa rumah adat Kudus. Di dalamnya menggambarkan perkembangan jenang berupa diorama, dari proses pembuatan Jenang, alat yang digunakan dari dulu hingga kini serta perkembangan disain kemasan. Lalu ada juga menara Kudus, Kitab Al Quran raksasa serta maket makam Sunan Kudus.
Kesan religius tergambar dengan jelas dari petuah generasi awal pembuat jenang ini H. Mabrun dan Hj. Alawiyah yang memiliki falsafah 'Gusjigang' sesuai ajaran Sunan Kudus, yang artinya selain pinter berdagang, orang harus pintar nengaji.
Generasi kedua dilanjutkan oleh Shochib Mabrun Istidaiyah dan kini dikelola generasi ketiga Muhammad Hilmy Nujurmullany.
Museum Jenang ini dibuka tahun 2017 juga menyediakan baju adat Kudus yang disewakan bagi yang ingin berswa foto di seluruh pojok museum.
Nah, bagi yang sempat berkunjung ke Kudus, jangan lupa untuk mengunjungi dua Museum satu-satunya di Indonesia ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI