Setelah hari kedua makan malam di Kopi Lumbung Mataram, peserta "Click Goes to Jogya" nenginap di homestay di Jogya.
Pagi harinya, kami sudah siap menuju stasiun Tugu Jogya. Di stasiun sudah menunggu teman-teman Kompasianer Jogya, mbak Agustina dan dua kawannya.
Rombongan makin seru, dengan bertambahnya Kompasianer Jogya, kami bersama menaiki commuter line yang menuju Solo Balapan.
Ada sembilan stasiun kami lalui, diantaranya Lempuyangan, Maguwo, Prambanan, Srowot, Klaten, Ceper, Delanggu, Gawok, dan Purwosari.
Di dalam commuter line, kami asyik berfoto ria bahkan hingga di stasiun Solo Balapan. Boleh bangga, karena commuter line ini buatan PT INKA. Lalu kami berjalan kaki menyusuri rel kereta api dan jalanan kecil yang dapat melihat masjid Sheikh Zayed Solo dari jauh dan tampak sangat Indah dan megah, meski kami melalui jalanan yang sedang dalam proses pembangunan untuk dibuat jalan.
Akhirnya kami tiba juga di pintu masuk masjid Sheikh Zayed Solo, yang terletak di jalan Ahmad Yani 128, Solo ini.
Jalanan sudah macet oleh bus dan mobil, rombongan tamu lain juga yang sangat banyak dan beragam. Uniknya, rombongan Click terpecah, Mbak Muthiah dan Pak Taufik langsung melakukan sholat di masjid indah ini karena bertepatan suara azan terdengar. Sementara beberapa peserta langsung makan siang di sekitar masjid, sehingga akhirnya terjadi saling menunggu
Sebaiknya pada even selanjutnya, rombongan jangan sampai terpisah, dengan menerapkan jam tertentu harus berkumpul di lokasi yang ditentukan, meski masing-masing mau melakukan kegiatan berbeda.
Masjid Sheikh Zayed Solo telah diresnikan oleh Presiden RI Joko Widodo dan Presiden Uni Emirat Arab (UEA) Mohammmed bin Zayed Al Nahyan pada 14 November 2022. Dan ternyata masjid indah dan megah ini merupakan miniatur dari Sheikh Zayed Grand Mosque di Abu Dhabi, UEA. Masjid  dengan dua lantai ini memiliki empat menara dan 82 kubah yang mirip dengan aslinya. Masjid ini berlantai pualam putih dengan aksen putih keemasan. Yang dihiasi lampu-lampu yang sangat Indah pada malam hari.
Masjid ini luasnya sekitar 8.000 meter persegi dengan arsitektur Timur Tengah namun beraksen budaya Solo yaitu batik kawung.
Meski direncanakan dapat menampung 10.000 jemaah, namun pada kenyataannnya kapasitas maksimum hanya sekitar 4.000 jemaah saja.
Meski masjid ini sangat Indah dan menjadi ikon baru bagi kota Solo, namun hendaknya harus dirawat dengan baik sehingga rakyat Indonesia tidak malu dengan UEA yang mendanai pembangunanya sebagai tanda persahabatan antar kedua negara.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti petunjuk arah yang tepat di dalam masjid, pengunjung menjaga kebersihan kolam dan tidak merusak tumbuhan yang menghiasi masjid ini. Juga perlu dipikirkan menyediakan area parkir bagi pengunjung agar tidak menimbulkan kemacetan disekitarnya.
Meski banyak larangan, ternyata masjid ini menjadi sumber rezeki bagi pedagang kecil, khususnya makanan, minuman dan mainan, serta menjual plastik sebagai tempat membawa alas kaki bila tidak mau ditinggal di depan masjid.
Bagi kita yang ingin mengunjungi masjid ini, ada beberapa tips agar dapat mengunjungi masjid dengan aman, yakni :
- Berbusanalah yang sopan dan menutup aurat, jangan memakai celana pendek meski pria, dan bagi pengunjung wanita yang tidak berjilbab sebaiknya memakai kerudung.
- Melepas alas kaki saat memasuki masjid.
- Memelihara kebersihan masjid
- Jangan menggelar tikar untuk duduk, rebahan atau makan minum.
- Jangan menimbulkan suara riuh agar tidak mengganggu pengunjung yang beribadah. Khususnya menjaga anak-anak agar jangan ribut di dalam masjid.
- Jangan nembuka jendela masjid dan merokok.
Sambil menunggu peserta lain berkumpul, datang menyambut Agnes Dewi (Lintang) dari Kompasianer Solo.
Karena waktu sudah siang, kunjungan ke Mangkunegara dilakukan hanya oleh peserta yang sudah makan siang. Namun dilarang masuk, karena sedang digunakan untuk even. Sedangkan yang belum sempat makan siang diajak kulineran oleh Lintang. "Boleh menginap di Jogya yang banyak destinasi wisatanya, tapi untuk kuliner nikmatilah kuliner Solo," demikian promosi Lintang mengenai kotanya.
Kami menikmati kuliner Solo di Tenda Biru, Laweyan, dengan menu utama selad daging dan minum es gempol Plered.
Sebenarnya ada beberapa kuliner Solo yang biasa disajikan saat  menghadiri undangan pernikahan, seperti sup (matahari, lapis atau pengantin) dan menu utama selad galantine atau selat iga. Tentunya perut kami tidak sanggup menikmati semua kuliner Solo yang terkenal lezat ini. Hingga Pak Taufik merekomendasikan keluarganya.
Akhirnya sore harinya kami pulang kembali ke Jogya dengan commuter line.
Setibanya di Stasiun Tugu Jogya, kami merencanakan menuju titik nol Jogya dengan menyusuri kawasan  Malioboro yang sekarang sudah sangat cantik dan tertata  rapi. Agustina dan temannya dari Jogya pamit pulang dulu, sedangkan kami melanjutkan menyusuri Malioboro. Di kawasan Malioboro yang sudah tertata rapi ini, terdapat beberapa spot pijat refleksi, penjual sate ayam dan jajaran andong dengan kusirnya yang mengenakan busana daerah. Sayangnya kami gagal menuju titik nol Jogya karena turun hujan.
Beberapa peserta makan mie ayam di Malioboro didekat Plaza Malioboro. Lalu sebagian pulang menggunakan becak dan  bus Trans Jogya.
Malam hari kami berkumpul dan menginap kembali di homestay. Sambil merencanakan kunjungan hari terakhir hingga waktu check out dari homestay.
Acara kunjungan ke Solo cukup melelahkan, sehingga kami segera mandi dan istirahat.
Sampai jumpa pada reportase 'Click Goes to Jogya' hari terakhir. Tunggu ya keseruannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H