Karena waktu sudah siang, kunjungan ke Mangkunegara dilakukan hanya oleh peserta yang sudah makan siang. Namun dilarang masuk, karena sedang digunakan untuk even. Sedangkan yang belum sempat makan siang diajak kulineran oleh Lintang. "Boleh menginap di Jogya yang banyak destinasi wisatanya, tapi untuk kuliner nikmatilah kuliner Solo," demikian promosi Lintang mengenai kotanya.
Kami menikmati kuliner Solo di Tenda Biru, Laweyan, dengan menu utama selad daging dan minum es gempol Plered.
Sebenarnya ada beberapa kuliner Solo yang biasa disajikan saat  menghadiri undangan pernikahan, seperti sup (matahari, lapis atau pengantin) dan menu utama selad galantine atau selat iga. Tentunya perut kami tidak sanggup menikmati semua kuliner Solo yang terkenal lezat ini. Hingga Pak Taufik merekomendasikan keluarganya.
Akhirnya sore harinya kami pulang kembali ke Jogya dengan commuter line.
Setibanya di Stasiun Tugu Jogya, kami merencanakan menuju titik nol Jogya dengan menyusuri kawasan  Malioboro yang sekarang sudah sangat cantik dan tertata  rapi. Agustina dan temannya dari Jogya pamit pulang dulu, sedangkan kami melanjutkan menyusuri Malioboro. Di kawasan Malioboro yang sudah tertata rapi ini, terdapat beberapa spot pijat refleksi, penjual sate ayam dan jajaran andong dengan kusirnya yang mengenakan busana daerah. Sayangnya kami gagal menuju titik nol Jogya karena turun hujan.
Beberapa peserta makan mie ayam di Malioboro didekat Plaza Malioboro. Lalu sebagian pulang menggunakan becak dan  bus Trans Jogya.
Malam hari kami berkumpul dan menginap kembali di homestay. Sambil merencanakan kunjungan hari terakhir hingga waktu check out dari homestay.
Acara kunjungan ke Solo cukup melelahkan, sehingga kami segera mandi dan istirahat.