Masih didalam bulan kasih sayang, Februari, dimana pada tanggal 14 sering dirayakan sebagai hari kasih sayang atau hari Valentine. Orang bilang kasih sayang hanya terjadi saat masih pacaran saja.Â
Kenyataannya hampir sebagian orang yang sudah berumah tangga mengatakan kasih sayang sudah luruh, bahkan yang parah, harus diselesaikan dengan perceraian. Yang akhirnya berdampak negatif bagi anak-anak mereka.
Bagaimana bisa sampai lahir anak-anak bila tidak ada cinta? Kenyataannya ada, bisa karena masalah ekonomi bisa juga karena salah satu pasangan tergoda lawan jenis lain, entah akibat CLBK maupun karena keakraban di kantor atau di komunitas.
Mengapa pernikahan atau perkaeinan yang menghalalkan dua anak manusia berbeda jenis jelamin bisa berantakan? Â Apakah kebahagiaan yang diawali saat pacaran tidak dapat berlanjut? Meski sudah dikaruniai anak-anak.
Apakah yang menyebabkan runtuhnya ikatan kasih sayang diantara keduanya? Memang ada pernikahan yang terjadi akibat "kecelakaan", karena 'one night stand' terpaksa harus dinikahkan sebagai bentuk pertanggung jawaban akibat suka sama suka sehingga nafsu tak terbendung, Bisa juga karena masalah ekonomi, daripada hidup susah, ada orang kaya melamar, akibatnya langsung diterima.Â
Bisa juga karena sudah cukup umur, daripada jenuh ditanya lingkungan, orang tua / keluarga / tetangga / teman, lalu asal ketemu lawan jens langsung menikah. Dan yang paling masuk akal, untuk memenuhi kebutuhan biologis dan supaya halal secara agama, harus langsung nikah.
Secara matematis pernikahan adalah 1+1=2, bukanlah seperti puisi atau cerita-cerita romantis yang nengibaratkan bahwa setelah menikah harus menjadi 1+1=1.
Jelas tidak masuk akal atau logika bila 1+1=1, yang lebih masuk akal adalah bila 1/2 + 1/2=1, artinya setelah menikah masing-masing pihak berupaya mengurangi 1)2 egonya.
Jadi setelah menikah, baik suami atau isteri mau menghilangkan watak burukbya masing-masing. Hal ini dapat dicapai bila selama masa pacaran keduanya nempersiapkan mental secara positif, tidak hanya sekadar berkasih-kasihan bahkan cenderung memanjakan keinginan pasangannya. Bahkan menipu diri, nengalah demi mendapatkan hati pasangannya. Contoh, tidak merokok, mau bangun pagi, memaafkan kesalahan pasangan dengan mudah, mau aktif beribadah dan lain-lain, padahal dilakukan secara terpaksa
Setelah pernikahan berlangsung, mental mengalah dan memaafkan ini harus dipertahankan, janganlah justru nengemuka.