Karena banyaknya peminat, Asmaraman memutuskan membuat serial cerita silat. Serial pertamanya Pedang Pusaka Putih, ternyata mendapat sambutan baik dari peminatnya. Maka jadilah Asmaraman penulis yang produktif, hingga akhir hayatnya telah terselesaikan lebih dari 400 cerita silat, dengan rata-rata tiap bulan satu jilid. Dalam tulisannya, Asmaraman dapat menjelaskan secara detil suatu wilayah di Tiongkok dan budaya setempat padahal Asmaraman tidak pernah sekalipun pergi ke Tiongkok maupun menguasai bahasa Mandarin. Semuanya hanya berbekal kerajinannya membaca. Kesuksesannya menulis, hancur ketika terjadi amuk massa di tahun 1963.
Asmaraman lalu pindah ke Solo. Tapi lagi-lagi terkena amuk massa pada 1965. Asmaraman terus menulis, ia menulis di Tawangmangu dan mencetaknya di Solo. Buku cerita silatnya menyebar ke seluruh Indonesia bahkan hingga ke Belanda.
Asmaraman terus berkarya hingga wafat pada 22 Juli 1994 di Solo pada usia 68 tahun karena sakit.
Moral dari kisah legenda cerita silat Asmaraman ini adalah jadilah penulis dengan banyak membaca.