Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

3 Sifat Buruk Akibat Kepo

25 November 2022   05:00 Diperbarui: 25 November 2022   05:05 1222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepo (sumber: tribunnews.com)


Kata 'kepo', kini sudah masuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Namun masih banyak orang yang belum tentu mengerti artinya.

Sering dalam pembicaraan antar teman, muncul kata-kata 'koq kepo bener sih' atau 'kepo amat sih lu'. Bila ada orang yang bertanya sangat detil dan dalam, bak seorang wartawan yang sedang bertanya pada narasumbernya.

Apakah kepo itu? Ada yang menyebutkan berasal dari bahasa Tionghoa, tetapi ada pula yang mengatakan singkatan dari bahasa Inggris 'knowing every partical object'. Ya, orang kepo adalah sebutan bagi seseorang yang rasa ingin tahunya berlebihan. Dia sangat curious sedalam-dalamnya bahkan sedetil-detilnya pada masalah orang lain.

Keburukan akibat sifat kepo ini adalah:

1. Hidup tidak tenang

Orang kepo bila melihat orang lain sukses, dia akan selalu penasaran, iri hati dan merasa tidak senang. Selalu muncul di pikirannya, kenapa orang ini bisa sukses, kenapa saya tidak, apa yang telah dilakukannya. Hidupnya selalu gelisah.

Sebaliknya, bila orang kepo melihat orang yang gagal, dia juga gelisah. Kenapa orang ini bisa gagal, padahal orangnya baik, dan senang menolong. Hidupnya selalu gelisah, hidupnya tidak pernah tenang dan damai.

2. Akan dijauhi orang lain

Orang kepo selalu ingin tahu urusan orang lain, dan dampaknya setelah mengetahui selalu ingin menyebarkan yang diketahuinya ke banyak pihak Akibatnya orang akan kurang percaya pada dia, karena masalah seseorang bisa doumbar semua gue olehnya. 

Orang kepo memiliki kecenderungan seperti WTS (Wartawan Tanpa Suratkabar), is selalu ingin memberitakan yang diketahuinya ke orang lain,seolah-olah ingin disebut sebagai orang yang maha tahu. karena kebawellannya ini, akibatnya orang jadi jengah dekat dengannya. Akibatnya dia akan kehilangan banyak teman, termasuk orang yang akan memberikan dia peluang bisnis.

3. Tidak ada peningkatan kualitas diri

Akibat terlalu sering mengurusi masalah orang lain, orang kepo jadi lupa atau kurang memperhatikan dirinya sendiri. Padahal orang sebaiknya sering mawas diri, melakukan instropeksi diri agar dapat  memperbaiki kualitas diri bila mengetahui memiliki kekurangan, atau mempertahankan atau meningkatkan hal positif yang telah dimiliki, agar lebih sukses lagi.

Jadilah orang yang biasa-biasa saja, jangan menjadi orang kepo karena justru merugikan diri sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun