Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kiasu, Apakah Itu?

24 November 2022   05:00 Diperbarui: 24 November 2022   05:05 6456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kiasu (sumber: sg.news.yahoo.com)

Di Singapura istilah ini popoler sejak tahun 1990, dan sekarang sudah masuk kamus Singlish (Singapore English).

Sebenarnya berasal dari bahasa Hokkian, yang artinya tidak mau kalah. Akibat persangan di dunia kerja yang demikian keras, orang Singapura menjuluki orang yang berambisi tinggi dengan istilah kiasu. 

Apakah sifat ini baik atau buruk? Sifat ini memiliki arti yang ambigu, kadang diartikan baik tapi juga dapat diartikan buruk. 

Contoh kasus, pada sebuah perusahaan, beberapa orang manager berpacu menunjukkan prestasi kerja terbaiknya. Dalam arti baik, muncul semangat pantang menyerah, tidak mau kalah terhadap pesaingnya dengan memunculkan kreasi terbaiknya.

Sebaliknya, ada sifat buruknya yaitu menghalalkan segala cara untuk menang, misal cari muka, berbuat curang, melakukan penyuapan dan sebagainya, dengan tujuan menjadi yang terbaik. Bahkan sering muncul sifat tidak menghargai atau menghormati keunggulan orang lain, misal menuduh pesaing tidak jujur, mencuri ide orang lain, memfitnah pesaing atau atasan berat sebelah. 

Jadi sifat kiasu harus ada pada diri kita, namun jangan kebablasan. Contoh demokrasi itu baik, asal jangan kebablasan. Demikian pula dengan sifat kiasu. Kita harus memiliki sifat tidak mau kalah, namun jangan kebablasan. 

Karena bila kita kebablasan, maka kita akan dihindari orang lain, karena membuat orang lain merasa tidak nyaman. Oleh sebab itu kita wajib selalu melakukan instropeksi diri. 

Sifat kiasu yang buruk adalah tidak menghargai prestasi orang lain. Tentu kita tidak bisa maju, bila kita selalu merasa paling unggul. Misalnya dalam mengikuti sebuah kompetisi blog, kita harus selalu mempelajari konten yang berhasil dinobatkan menjadi pemenang, agar kita mengetahui trik-trik untuk diterapkan pada kompetisi blog berikutnya. Tetapi bila kita tidak mau menerima kekalahan kita dengan berujar jurinya curang atau pilih kasih, tentu kita tidak dapat memperbaiki diri, karena selalu merasa sebagai yang terbaik. 

Orang kiasu juga biasanya selalu tidak mau kalah dalam berdebat, hingga seperti debat kusir. Sifat yang mudah dilihat dari penampilannya adalah jutek dan selalu merendahkan orang lain serta selalu ingin menang sendiri. Orang yang memiliki sifat kiasu kebablasan akan tidak disukai orang lain. Jadi, hati-hatilah bila teman kita sudah mulai menghindari kita. Misal jarang yang mau makan siang bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun