Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

6 Tips Untuk Mengantisipasi Ledakan Penduduk Dunia

22 November 2022   05:00 Diperbarui: 22 November 2022   05:11 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Tanpa terasa dunia ini makin penuh. Bahkan total populasi Indonesia di duga telah menempati posisi ketiga terbesar di dunia, setelah Tiongkok dan India Meski Indonesia telah menerapkan program pembatasan penduduk, seperti dengan program Keluarga Berencana, namun jumlah penduduk tetap bertambah dengan pesat. Kalau Rhoma Irama pernah mempopulerkan lagunya "Seratus Tiga Puluh Lima Juta" pada tahun 1976, pada tahun 2021, jumlah penduduk Indonesia sudah meningkat prsat dua kali lebih. Tercatat pada tahun 2021 jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 276 juta.

Bagaimana cara menahan peningkatan jumlah penduduk? Berikut tipsnya:


1. Program Keluarga Berencana 

Program Keluarga Berencana harus diterapkan secara signifikan. Harus dicegah kebocoran yang acap kali terjadi.


2. Meningkatkan pendidikan

Dengan meningkatkan pendidikan, masyarakat akan lebih menyadari betapa sulitnya hidup dengan jumlah anggota keluarga yang banyak. Mereka harus memikirkan kesejahteraan keluarga dengan benar-benar mengatur proses kelahiran, meski percaya bahwa anak adalah titipan Allah. Dengan memiliki anak sedikit, pendidikan dan kesejahteraan hidup anak akan lebih terjanin. Juga dengan keluarga kecil cukup memiliki apartemen atau rumah minimalis, tak perlu hidup berhimpitan di rumah kecil akibat banyaknya anggota keluarga.

3. Usia pensiun

Dengan meningkatnya jumlah penduduk, persaingan di dunia kerja makin berat. Baik wiraswasta maupun bekerja pada sebuah perusahaan. Diperlukan kemampuan yang selalu terupdate, agar tidak tergerus perkembangan teknologi. Meski sudah ada batasan usia untuk pensiun, proses pergantian tenaga kerja tetap menjadi kendala. Bagi karyawan yang sudah mencapai usia pensiun, bila harus dipensiunkan pada usia pensiun akan menimbulkan pengangguran. Sebaliknya, bila karyawan yang sudah mencapai usia pensiun masih dipertahankan karena pengalamannya, maka proses regenerasi akan terhambat

4. Meningkatkan kemampuan (skill)

Agar dapat dipertahankan meski sudah mencapai usia pensiun, karyawan harus selalu meningkatkan diri, menyesiaikan dengan perkembangan zaman. Sebaliknya, karyawan usia muda juga harus meningkatkan kemampuan dengan banyak mengikuti kursus atau pelatihan guna mendapatkan tambahan kemampuan karena mereka belum matang akibat pengalaman.
Siapapun wajib meningkatkan kemampuan diri, agar tidak tergusur akibat terjadinya perubahan (shifting). Mereka yang statis akan tergerus oleh mereka yang dinamis.

5. Mudah beradaptasi

Siapapun mereka, entah wiraswastawan atau karyawan harus mampu beradaptasi dengan cepat. Jangan terlalu kaku dengan passion. Harus mau bekerja lembur, bekerja di luar jam kerja standar maupun bekerja dimana saja, tidak terlalu pemilih.

6. Persaingan golbal

Meski kita berwiraswasta atau menjadi karyawan aras nasional, namun persaingan sudah bersifat global. Perekonomian juga sudah tidak mengenal waktu dan batasan negara. Teknologi digital makin mempersempit dunia, semua dapat dilakukan dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja

Mengingat sulitnya dunia kerja, ditambah dihantui bayang-bayang resesi perekonomian, siapapun wajib berpikir keras guna mengantisipasi ledakan penduduk dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun