Saat Ini dunia pariwisata sedang mengalami pergeseran. Kalau dulu wisatawan menyenangi wisata mainstream seperti ke Jakarta, Surabaya atau Jogjakarta, namun sejak pariwisata terpuruk akibat merebaknya pandemi Covid-19, wisatawan lebih condong kembali ke alam. Menikmati destinasi wisata yang terbuka, istilahnya kembali ke alam. Meski ada yang menyebutnya wisata anti mainstream.
Itulah sebabnya kini konsep Desa Wisata menjadi hitz. Bahkan Kemenparekraf mengadakan lomba untuk memilih Desa Wisata terbaik.
Menjadikan desa menjadi kawasan wisata sah-sah saja, selama terdapat sesuatu yang menarik, sehingga menjual dan membuat yang membelinya merasa senang.
Selama ini konsep Desa Wisata mengetengahkan kemudahan transportasi ke desa, menyiapkan penginapan yang layak, menyiapkan aneka kegiatan agar wisatawan betah tinggal di desa.
Apakah hanya hal-hal ini yang perlu disiapkan ? Guna mengusung konsep Desa Wisata menjadi destinasi wisata unggulan, Adira Finance juga memiliki program unruk membangkitkan perekonomian warga sekaligus mengangkat kearifan lokal.
Mengamati dari beberapa Desa Wisata yang telah ada, perlu pembenahan disana-sini, agar wisatawan yang sudah datang tidak kecewa.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
1. Promosi
Belum banyak promosi Desa Wisata yang komprehensif, saat ini lebih banyak promosi dari mulut ke mulut saja (words of mouth). Uniknya konsep Desa Wisata justru lebih populer bagi kalangan wisatawan global.
2. Transportasi
Perlu peran Pemprov maupun Pemkab atau Pemkot untuk menyelenggarakan transportasi umum yang melewati Desa Wisata. Jangan biarkan wisatawan kebingungan, untuk mencari transportasi sendiri, sehingga harus  menyewa mobil yang mahal harganya atau kena sewa mahal dari pemilik transportasi adverturir.  Memang sebagian Desa Wisata telah memiliki penduduk desa yang sanggup berbahasa asing dan memiliki kendaraan roda empat, untuk melakukan penjemputan, namun penggunaan moda transportasi ini masih dirasakan mahal. Karena tidak semua wisatawan adalah orang berduit yang rela menggelontorkan dana lebih untuk keperluan transportasi. Jadi siapkan Desa Wisata ramah berkendara.
3. Hospitality
Selama ini warga hanya mendata penduduk yang memiliki kamar untuk disewakan sebagai homestay. Harus diberikan pendidikan hospitality bagi pemilik kamar, agar menyediakan kamar yang bersih dan nyaman, bebas dari serangga dan tikus, memiliki kamar mandi yang bersih, tidak berlumut yang dapat berakibat membuat wisatawan cedera. Bila wisatawan harus mandi di alam, seperti di danau atau sungai, perlu diajarkan cara mandi yang memenuhi kriteria kesantunan, jangan sampai kedatangan wisatawan merusak budaya lokal yang ada.
4. Kuliner
Selama ini makan pagi / siang / malam maupun rehat hanya disiapkan oleh Ibu-ibu yang memiliki hobi memasak. Sebaiknya, Ibu-ibu mendapat pelatihan cara memasak yang sehat dan bersih, selain enak tentunya.
5. Kegiatan
Aneka kegiatan harus senantiasa dipikirkan dan dikreasikan.Jangan hanya tergantung pada acara yang sedang berlangsung saja. Karena hal ini akan membuat wisatawan jenuh, bila kebetulan sedang sepi acara. Harus dibuat  mworkshop sesering mungkin, seperti pelajar membatik, melukis, mematung mengukir ataupun kegiatan lain seperti menanam padi, memandikan hewan (sapi), atau memberi makan hewan. Juga kegiatan membuat pupuk organik dari sampah cukup menarik bagi wisatawan yang berminat  Aneka kegiatan yang mengemas kearifan lokal dapat dilakukan berupa Festival Kreatif Lokal. Seperti yang telah dipraktekkan di Kampung Labirin, Bogor.
6. Olahraga
Bila hotel selalu menyediakan tempat olahraga seperti gym, track lari atau jalan kaki, maupun kolam renang, maka Desa Wisata juga harus menyiapkan jalur yang aman untuk lari maupun jalan kaki. Membuat nyaman dan aman wisatawan dengan memastikan jalur bebas ular, bebas anjing yang akan menggigit tamu yang melintas, maupun dari binatang lainnya. Bila Desa Wisata memiliki danau atau kolam penampung air terjun, juga harus dipastikan kebersihan dan keamanannya.
7. Cindera mata
Wisatawan bila mengunjungi suatu destinasi, tentunya ingin memiliki cindera mata baik untuk pribadi sebagai kenang-kenangan maupun untuk dibagikan kepada teman atau sanak saudara. Pengelola Desa Wisata harus memikirkan bentuk cindera mata yang perlu disediakan dan dipasarkan. Kreasi ini dapat memacu UMKM, dan Adira Finance siap mendukung dana untuk mempersiapkan UMKM yang ingin berkembang.
8 Â Spot unggulan
Wisatawan pada umumnya selalu ingin membuat foto atau video sebagai kenangan. Perlu disiapkan spot-spot yang instagramable agar wisatawan merasa senang.
9. Budaya
Budaya lokal yang agung tidak boleh tercemar oleh kehadiran wisatawan. Pemuka agama dan tokoh adat harus senantiasa menegur pengelola Desa Wisata, apabila terjadi penyelewengan budaya.
Demikian kira-kira pemikiran untuk suksesnya sebuah Desa Wisata. Selain memajukan Pariwasata, juga membangkitkan perekomian lokal. Hal ini sesuai dengan konsep Festival Kreatif Lokal yang dapat disimak pada link: adira.com/e/fkl2022. blogger. Untuk sebuah kota, dapat pula meniru konsep ini sebagai Kampung Wisata. Seperti kota Bogor yang telah menyediakan kampung tematik, seperti Kampung Batik, Kampung Perca, Kampung Wisata Organik,dan lain-lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H