Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenaikan Cukai Rokok, Tidak Akan Menghentikan Kebiasaan Merokok

6 November 2022   10:00 Diperbarui: 6 November 2022   10:14 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Akhir-akhir ini setelah berita kenaikan harga BBM bersubsidi, harga kebutuhan pokok pelan-pelan terungkit ikut naik juga. Bahkan berita terakhir tersiar cukai rokok ikut terimbas naik.

Di kalangan perokok timbul diskusi menarik, bila cukai rokok naik, inilah kesempatan kita untuk berhenti merokok. Benarkah perokok ini bisa memenuhi resolusinya? Mrmsng benar, 1-2 minggu, perokok ini bisa berhenti merokok, sebagai dampak protes atas kenaikan cukai rokok.

Namun minggu-minggu selanjutnya ia akan kembali merokok. Pemicunya adalah teman-teman prrokoknya juga, yang selalu mengingatkan nikmatnya merokok sehabis makan atau saat rehat kopi pada jam 10 dan 15 bila masih bekerja. Pada mulanya si pemilik resolusi berhenti merokok ini mampu melawan rayuan teman-temannya. Namun akhirnya, setelah diminta mencoba 1-2 isapan dari rokok yang sengaja disediakan oleh teman-temannya, akhirnya si perokok ini luluh juga, dan mulai merokok lagi. Bila pada mulanya menerima pemberian rokok dari teman-temannya, lalu akhirnya membeli sendiri. Ia lupa dengan tekadnya untuk berhenti merokok, karena dinaikkannnya cukai rokok. Kenikmatan itu lebih menggoda, dan lebih kuat daripada tekadnya untuk berhenti merokok.

Memang kalangan perokok memiliki kebiasaan untuk saling menikmati kebiasaan merokok bersama. Bila mereka melihat teman yang ingin berhenti merokok pasti akan di bully sehingga menjadi rikuh dan akhirnya merokok kembali.

Kenaikan cukai rokok, seperti halnya kenaikan harga minyak goreng saat pasokan minyak goreng langka. Kebiasaan rakyat Indonesia yang menggemari apa-apa yang digoreng, yang pada mulanya mencoba beralih ke direbus, dibakar atau dipanggang, toh akhirnya kembali kepada kebiasaan mengkonsumsi gorengan. Meski dengan terpaksa mengeluarkan dana lebih akibat kenaikan harga. Juga pertama kali saat harga BBM bersubsidi naik, berniat berhenti memakai kendaraan bermotor, dan beralih ke transportasi umum atau mengurangi bepergian, tapi lambat laun toh akan kembali pada kebiasaan semula. Karena kenikmatan berkendara dan keluwesannya jauh lebih baik daripada transportasi umum.

Jadi, kenaikan cukai rokok, dipastikan tidak akan membuat perokok berhenti merokok. Pada kemasan rokok juga terdapat gambar yang menyeramkan akibat merokok, dan himbauan untuk tidak merokok. Peringatan ini hanya bagaikan angin lalu bagi perokok. Bagi mereka prinsipnya, tidak merokok juga tetap akan mati  Bahkan oleh mereka yang sudah dilarang oleh dokter dengan alasan kesehatan, maupun yang dilarang oleh keluarganya dengan alasan berbahaya bagi perokok pasif. Mereka tetap bandel melanjutkan kebiasaan merokoknya.

Bagaimana supaya berhenti merokok? Untuk berhenti merokok, tidak perlu kenaikan cukai rokok, cukup tekad yang kuat dari diri sendiri. Dan yang terpenting, kuatkan diri dalam menghadapi bullyan teman-teman sesama perokok yang selalu tidak senang bila ada temannya yang berniat berhenti merokok.Tekad harus kuat, meski makan siang bersama, maupun rehat kopi bersama dan berbincang bersama, tutuplah telinga rapat-rapat. Juga jangan mau menerima pemberian 1-2 batang rokok gratis dari teman karena hal ini adalah pancingan dan akan menggagalkan niat untuk berhenti merokok. Orang yang memiliki tekad kuat, biasanya lebih sanggup menahan bujuk rayu temannya.

Kesimpulannya, bila ingin berhenti merokok, siapkan tekad yang kuat, yang berasal dari diri sendiri, bukan karena saran anjuran orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun