Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Belanja Batik Bogor ke Cibuluh

25 Oktober 2022   06:30 Diperbarui: 25 Oktober 2022   06:38 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Indonesia terkenal memiliki banyak variasi batik. Dari Aceh hingga Papua memiliki corak khasnya masing-masing. Kebanyakan mengusung kearifan lokal, misal batik Cibuluh Bogor memiliki corak talas, pala, rusa, atau hujan.

Meski Pekalongan, Solo, Cirebon, Banyumas, Yogya dan Lasem sangat terkenal, namun tiap daerah memiliki coraknya yang khas. Batik Solo dan Yogya lebih cenderung berwarna gelap, sedang batik Pekalongan dan Lasem lebih berwarna terang menyolok.

Nah, bila kita ke Bogor, tentu ingin memiliki batik khas Bogor. Nah tempat terbaik yang dapat dituju adalah Kampung Batik Cibuluh.

Sebelum Cibuluh menjadi kawasan batik, Dina dengan batik Pancawatinya telah memulai lebih awal tepatnya tahun 2014. Kampung Batik Cibuluh baru berdiri 2019. kini telah memiliki sekitar 40 pengrajin.

Pancawati (dokpri)
Pancawati (dokpri)

Pengusaha batik rata-rata memasarkan dua jenis batik, yakni batik cap yang diproduksi massal dan biasanya lebih murah, dan batik tulis yang eksklusif, pembuatan lebih lama dan biasanya lebih mahal.

Saat kami mengunjungi Galeri batik Pancawati, kami disuguhi "banci" (bandrek Cibuluh) dan kue brownies. Sebagai pioneer batik di Cibuluh, Pancawati tampak lebih siap, produknya lebih banyak dan sudah memiliki etalase atau ruang pamer.

Saat kami tiba di Kampung Batik Cibuluh, yang kami lihat di sepanjang jalan adalah mural dengan motif batik. Lalu kami disambut pemandu yang merupakan generasi muda Kampung Batik tersebut.

Mural (dokpri)
Mural (dokpri)

Meski terdapat banyak galeri, karena keterbatasan waktu kami hanya mengunjungi 4 galeri batik. Yang pertama adalah Galeri batik Sadulur, yang dimiliki satu keluarga. Ibu-ibu pembatik mengaku pada awalnya mereka adalah penjual kuliner, misal mie ayam. Dan uniknya, menurut pengakuan seorang Ibu, hasil berjualan mie ayam jauh lebih bagus daripada berjualan batik, itulah sebabnya berjualan batik hanya berdasar pesanan saja. Mungkin perlu kiat pemasaran yang lebih jitu, agar Kampung Batik Cibuluh bisa setenar Kampung Batik Trusmi di Cirebon.

Batik cap (dokpri)
Batik cap (dokpri)

Meski produksi batik belum dilakukan di pabrik, alias masih rumahan, tetapi mereka benar-benar sudah menjadi pengusaha batik yang serius. Galeri kedua yang dikunjungi adalah pioneer batik di Cibuluh, yaitu Pancawati.

Melangit (dokpri)
Melangit (dokpri)


Galeri ketiga yang kami kunjungi adalah Melangit. Galeri ini belum memiliki ruang pamer, hanya ada seorang Ibu yang mendemonstrasikan cara membatik batik tulis, serta memajang aneka jenis batik cap dengan peralatannya.

Galeri terakhir yang sempat kami kunjungi adalah Galeri Bumiku yang rumahnya cukup luas dengan kebun yang asri, yang sudah memiliki ruang pamer juga ruang kelas untuk belajar membatik.

Bumiku (dokpri)
Bumiku (dokpri)

Namun karena keterbatasan waktu, kami tidak mengikuti kelas membatik dan langsung meninggalkan Kampung Batik Cibuluh, karena perjalanan ke destinasi berikutnya cukup jauh.

Bila kita ingin oleh-oleh khas Bogor bisa mengkoleksi batik dari Kampung Batik Cibuluh. Meski produksi rumahan, namun kualitas ya tidak kalah dengan batik pabrikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun