Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kampung Perca, Memanfaatkan Sisa Kain Jadi Produk

25 Oktober 2022   05:00 Diperbarui: 25 Oktober 2022   05:13 785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Destinasi terakhir Koteka Trip 4 adalah mengunjungi Kampung Perca. Kampung Perca adalah salah satu Kampung Wisata binaan Disparbud kota Bogor.

Terletak di kawasan Tajur yang biasanya macet karena ada kuliner yang sedang hitz di Bogor yakni Mie Gacoan, bis Uncal mengantar peserta Koteka Trip 4 ke Kampung Perca.

Kami langsung menjumpai di depan kampung sebuah papan nama yang eye catching yang terbuat dari kain Perca beraneka warna membentuk kata 'PERCA".

Hiasan perca (dokpri)
Hiasan perca (dokpri)


Lalu juga ada hiasan perca di sisi kiri tembok. Berjalan beberapa ratus meter, kami disambut dengan welcome drink berupa bir pletok dingin dan manisan pala. Rupanya makanan dan minuman ini adalah produk UMKM di Kampung ini yang dapat dibeli sebagai oleh-oleh, dengan sebutan Galeri Pletok.

Bir pletok (dokpri)
Bir pletok (dokpri)


Bir pletok adalah minuman sehat tidak beralkohol yang terdiri dari campuran jahe, pala, sereh dan lain-lain. Promosi ibu-ibu di Kampung Perca bila minum bir pletok akan nyenyak tidur. Apalagi bila ditambah mengkonsumsi manisan pala.

Bir pletok (dok: Rudi)
Bir pletok (dok: Rudi)

Setelah puas menghabiskan welcome drink, kami digiring ke sebuah rumah yang digunakan sebagai basis operasi produksi kain perca untuk menjadi produk yang berguna.

Rumah milik Ibu Titik Wahyono, Ketua Kompepar Kampung Perca ini tiap hari ramai dikunjungi ibu-ibu yang mengikuti workshop atau berproduksi membuat produk berbahan baku kain perca.

Seperti kita ketahui perca adalah sisa potongan kain yang sudah tidak berguna lagi dari pabrik textile maupun penjahit rumahan.

Pada saat pandemi nengganas, ibu-ibu tidak mempunyai kegiatan. Titik berkreasi membuat produk dari bahan perca, maka dikumpulkannya ibu-ibu di rumahnya.

Pada saat kami mengunjungi workshop, workshop cukup sepi karena hanya ada 6 orang Ibu yang sedang membuat alas tempat jarum dari kain perca dan sekitar 4 orang Ibu yang sedang menjahit kain alas kaki (keset). Padahal tersedia mesin jahit cukup banyak. Menurut Titik, kondisi workshop kadang sepi, karena ibu-ibu setelah bekerja di workshop, menyelesaikan produknya di rumah. Baru menyetorkan setelah selesai. Pada awalnya hanya terdapat 15 orang ibu-ibu, sekarang sudah berkembang menjadi 35 orang ibu-ibu.

Salah satu Ibu dari Kampung ini yang cukup ramah berdialog dengan kami adalah seorang Ibu asal Cilacap. Terjadilah dialog dalam bahasa Jawa di tanah Sunda.

Disamping workshop, terdapat ruang pamer atau etalase hasil produk, seperti jaket, baju, totopong, pangsi, boneka dan hiasan yang membuat kami kaget, karena semuanya berbahan baku perca.

Beberapa peserta tertarik membeli produk, termasuk mas Ony Jamhari, selaku kepala suku Koteka. Harga produk disini berada dalam range 10-150 ribu Rupiah.

Totopong (dokpri)
Totopong (dokpri)

Titik yang juga mengepalai komunitas "Ibu digital", juga telah memasarkan produknya secara daring.

Karena hari sudah sore, kami minta diri, berfoto sejenak mengabadikan kunjungan kami ke Kampung Perca, lalu kembali ke bis Uncal yang mengantarkan kami ke stasiun Bogor.

Semoga ide kreatif yang muncul di saat pandemi ini terus berkembang hingga eksistensi keberadaaan Kampung Perca ini tidak mati suri. Semoga Kampung Perca menjadi salah satu destinasi yang unik untuk membeli oleh-oleh dari Bogor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun