Selama ini baju adat hanya dikenakan pada pesta atau hari-hari khusus untuk memperingati atau merayakan suatu peristiwa, misal ulang tahun Provinsi atau Kabupaten / Kota, peringatan hari Kartini, dan lain sebagainya.
Bila ada wacana untuk menjadikan baju adat sebagai seragam sekolah, tampaknya terlalu berlebihan Dan mengada-ada. Meski secara budaya sangatlah tepat.
Mengenalkan baju adat melalui anak sekolah adalah wacana yang bagus, namun harga baju adat terlalu mahal. Selama ini orang tua pada umumnya menyewa baju adat bila ada perayaan hari khusus.Â
Mengenakan baju adat juga tidak praktis untuk kegiatan belajar mengajar. Sangat merepotkan bagi siswa yang bukan anak orang kaya, yang memiliki kendaraan pribadi. Padahal kini masih banyak siswa yang harus berjalan kaki menyusuri hutan, sungai dan sawah, khususnya di pedalaman yang belum sempurna sarana transportasinya.
Mengenakan baju adat di dalam sebuah mobil angkutan unum juga sangat merepotkan. Baik bagi si siswa maupun bagi penumpang lainnya.
Selama ini, peraturan baju seragam baik untuk nasional ataupun olahraga, sudah sangat memberatkan bagi siswa  dari keluarga kurang mampu atau pra sejahtera. Bila baju adat diwajibkan menjadi seragam sekolah, akibatnya akan makin membebani bagi keluarga pra sejahtera.
Peraturan menjadikan baju adat sebagai seragam sekolah, tepat, Â bila Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan & Kebudayaan sudah mampu membagikan baju seragam baju adat secara cuma-cuma.
Janganlah orang tua dari keluarga pra sejahtera ditambah bebannya hanya oleh proyek seragam sekolah. Sekarang saja sudah cukup memberatkan dengan banyaknya jenis baju seragam, seperti seragam sekolah nasional, seragam pramuka, seragam batik, seragam keagamaan dan seragam olahraga.
Dalam mengeluarkan peraturan tentang seragam sekolah, sebaiknya jangan terlalu Membebani orang tua siswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H