Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Tips Berwisata Meski Belum Punya Uang Tunai

5 Oktober 2022   05:00 Diperbarui: 11 Oktober 2022   13:51 2819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa pandemi memaksa semua orang berdiam di rumah, selama hampir 2,5 tahun kita tidak pernah berwisata lagi. Padahal sebelum pandemi, saya selalu berwisata tiap minggu untuk yang destinasinya dekat dan tiap 3 bulan untuk ke luar kota atau luar negeri. Tentunya hal ini untuk memuaskan hobi berwisata ditambah untuk menyembuhkan kejenuhan berada di tempat yang sama.

Paruh tahun 2022 setelah korban terpapar pandemi melandai, saya mulai melirik destinasi wisata yang ditawarkan. Saya putuskan untuk dipilih adalah wisata ke Jawa Tengah bersama bekas teman-teman SMA di Semarang dulu. Tepatnya, destinasi wisata yang dituju adalah Borobudur dan kota Semarang.

Karena semua peserta ingin ikut berpartisipasi aktif, akhirnya kita meniadakan panitia dan menyerahkan pengaturan wisata kepada salah satu biro perjalanan.

Hal ini justru lebih menguntungkan seluruh peminat, karena bagi yang kesulitan aliran dananya dapat membayar secara kredit, maksudnya menggunakan kartu kredit. Saya  mengeluarkan Mandiri Kartu Kredit untuk membayar biaya paket wisata sebesar 2 juta Rupiah.

Saya dapat berwisata, meski harus mengangsur pembayaran melalui kartu kredit, dan bagusnya dengan Mandiri Kartu Kredit, bunganya per bulan hanya sebesar 2 persen, berarti kurang lebih hanya sekitar Rp40.000 saja. Bila saya mengangsur, bunga juga berkurang dengan sendirinya. Jadi, meskipun saya tidak memegang uang tunai, namun saya dapat pergi berwisata, tanpa pusing saat membayar angsurannya.

Tepat pada hari yang ditentukan, kita meluncur dengan bus wisata dari Jakarta menuju Semarang untuk menjemput peserta yang berdomisili di Semarang. Perjalanan Semarang-Magelang tidak terasa lama, karena kita bersenda gurau sesama teman-teman lama.

Pertama kali kita menuju hotel tempat kita menginap di kawasan Borobudur. Kita akan menginap dua malam di hotel ini. Turun dari bis, kita sudah mendapatkan kunci kamar masing-masing, tiap kamar diisi dua orang.

Sore harinya, setelah makan malam, kita sengaja mengadakan temu kangen di hotel.dengan dihibur penyanyi dan organ tunggal. Jadi kita ikut bernyanyi larut dengan sends gurau dan keceriaan, sehingga mampu menyegarkan hati dan pikiran kita.

Hari kedua, pagi-pagi kita menuju Borobudur, lalu mengikuti VW Tour, naik mobil VW bertiga dengan disopiri sopir berpengalaman. Kita mengunjungi industri madu, industri gerabah, Bukit Menoreh, Candi Pawon dan lain-lain. Makan siang di tepi sawah, dan makan malam di Magelang.

Hari ketiga, pagi hari kita check out dari hotel lalu dan sempat singgah di Kampung Rawa dan makan siang di Rawa Pening, Salatiga. Sore harinya kami menuju hotel di Semarang, dimana kami menginap satu malam.

Setelah mandi, kami berangkat ke Kota Lama Semarang- untuk melihat arsitektur bangunan kolonial sambil makan malam. Kota Lama Semarang-telah direnovasi dengan baik, sehingga menyenangkan untuk bersantai dan berfoto ria.

Kota Lama Semarang (Ilustrasi via KOMPAS.com / RISKA FARASONALIA)
Kota Lama Semarang (Ilustrasi via KOMPAS.com / RISKA FARASONALIA)
Pagi harinya setelah makan pagi di hotel, kami menuju Sam Po Kong dan Lawang Sewu, dua destinasi favorit di Semarang.

Sam Po Kong adalah Klenteng besar yang dikunjungi berbagai agama, berfoto disini suasananya juga sangat Instagramable. Sedang bagi yang mau beribadah juga bisa. Lawang Sewu adalah gedung berarsitektur kolonial dengan banyak pintu, yang semula dbangun untuk kantor perusahaan kereta api.

Klenteng Sam Po Kong saksi sejarah keberagaman masyarakat Semarang (Ilustrasi via KOMPAS.com / RISKA FARASONALIA)
Klenteng Sam Po Kong saksi sejarah keberagaman masyarakat Semarang (Ilustrasi via KOMPAS.com / RISKA FARASONALIA)
Pada era jajahan Jepang sempat menjadi penjara bagi orang Belanda dan para pemuda pejuang. Karena banyak tahanan yang meninggal dunia, akibatnya tempat ini menjadi terkenal keseramannya.

Di dekat Lawang Sewu, kita dapat menyaksikan ikon kota Semarang, yaitu Tugu Muda, tugu yang didirikan untuk memperingati peristiwa pertempuran 5 hari di Semarang pada masa kemerdekaan.

Lalu makan siang di bekas sekolah kita untuk bernostalgia. Selesai makan siang, bus segera meluncur kembali ke Jakarta agar bisa tiba tidak terlalu malam.

Demikian cerita jalan-jalan saya pertama kali setelah pandemi, semua dapat terwujud berkat bantuan Mandiri Kartu Kredit yang angsurannya memiliki bunga tidak mencekik. Kalau tertarik untuk apply kartu kredit, langsung aja  kunjungi https://apply.mandirikartukredit.com/blogger.

Jadilah orang cerdik, bisa wisata meski tidak memegang uang tunai.

Yuk cari tahu informasinya DI SINI!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun