Kali Besar Kota Tua dan Toko Merah dari seberang saja.
Karena kami harus menunggu pertunjukan puppet show (pertunjukan wayang) yang sudah berlangsung, maka kami hanya menyaksikanSetelah kami keluar dari gerai Acaraki, kami menyaksikan sebuah anjungan yang terbengkelai atau msngkrak karena revitalisasi Kali Besar yang terinspirasi dari sungai yang membelah kota Seoul di Korea Selatan pada era kepemimpinan Gubernur Jakarta,Basuki Tjahaya Purnama (Ahok). Anjungan di Kali Besar itu mangkrak, karena tidak dilanjutkan oleh Gubernur penggantinya, Anies Baswedan.
Kami hanya menyaksikan air sungai yang bersih dan tidak banjir pada musim penghujan.
Karena arsitektur kota Batavia mencontoh kota Amsterdam di Belanda, maka Kali Besar dahulu dapat dilayari perahu. Ada jembatan yang bisa diangkat, karena saat itu Batavia adalah kota pelabuhan besar. Kali Besar adalah sebuah kanal atau terusan yang mengalir sejajar dengan sungai atau kali Ciliwung, yang airnya bermuara di Teluk Jakarta
Destinasi yang sebenarnya dikunjungi adalah Toko Merah, yang terletak di tepi Kali Besar.
Toko Merah adalah bangunan yang dibangun pada tahun 1730. Sebagai salah satu bangunan tertua di Jakarta, gedung ini pernah menjadi tempat kediaman Gubernur Jenderal Gutaaf Willem Baron van Hoff, menjadi toko, rumah sakit dan markas tentara.
Kini Toko Merah yang khas dari tumpukan bata merah ini, sering digunakan untuk pemotretan model foto dan foto pra pernikahan.
Konon menurut cerita, bila kita memasuki Toko Merah ini, kadang muncul hantu berupa Nona Belanda bergaun putih sedang berdansa. Benar tidaknya, walahualam.
Toko Merah ini juga dikenal menjadi tempat pembantaian orang Tionghoa di Batavia pada  tahun 1740 yang mayatnys banyak dibuang ke Kali Angke (kali bangkai) dan gunung mayat dalam satu hari, yang menimbulkan nama Gunung Sahari.
Karena peserta Koteka Trip tidak memasuki Toko Merah ini, hanya menyaksikan dari seberang saja, maka tidak dapat melakukan uji nyali.
Berani uji nyali? Silakan berkunjung ke Toko Merah.