Pendidikan Nasional, 2 Mei tahun ini kehilangan momentum, tergerus oleh pesta kemenangan merayakan berakhirnya bulan Ramadan, sekaligus boleh mudik karena sudah 2 tahun di rumah saja akibat masih ganasnya Covid-19.
HariKalau kita renungkan, banyak kesukesan dalam kehidupan baik rumah tangga, hubungan sosial, maupun keuangan tidak ditentukan atas dasar pendidikan formal yang diajarkan melalui bangku sekolah.
Banyak tokoh dunia yang sukses, meski sekolahnya tidak tinggi-tinggi amat, contohnya Mark Zuckerberg pendiri Facebook bukan mahasiswa yang berhasil kuliahnya.
Banyak kisah orang sukses tanpa melalui jalur pendidikan formal. Bahkan sering timbul pertanyaan kenapa orang yang pandai di jalur pendidikan nya justru hidupnya tidak sukses? Apakah karena orang pandai dengan banyak gelar terlalu banyak pertimbangan, sehingga kurang berani mengambil risiko? Beberapa orang yang tidak memiliki banyak gelar akademis karena memiliki sifat berani mengambil risiko atau bersikap tidak takut gagal, bermental pejuang  dan dikatakan nekad.
Bahkan banyak kisah anak-anak pandai di sekolahnya, setelah lulus bekerja di perusahaan yang didirikan dan dimiliki anak-anak yang sekolahnya disebut amburadul atau biasa-biasa saja.
Karena disiplinnya yang tinggi dan otaknya yang cemerlang, mantan anak pandai di sekolah ini mampu memimpin perusahaan dengan baik. Namun kesuksesan menjadi milik anak-anak yang sekolahnya amburadul karena perusahaan itu milik mereka, anak pandai itu hanya menjadi staf gajian saja.
Kalau kita merenungkan baik-baik, sepertinya pendidikan itu harus meliputi tiga hal:
1. Pendidikan formal
2. Pendidikan non formal
3. Pendidikan di lingkungan keluarga
Pendidikan formal adalah pendidikan melalui bangku sekolah. Pendikan non formal dapat diperoleh dari kursus, belajar dari teman, belajar sendiri dari YouTube & Google atau dari pengalaman kerja.
Sedangkan pendidikan di lingkungan keluarga, adalah pendidikan pengembangan karakter dari kecil oleh orang tua.
Suatu kesempatan bisa datang kapan saja, bahkan saat pendidikan formal belum selesai. Contoh Mark Zuckerberg saat masih kuliah di tingkat rendah mendapat peluang mengembangkan Facebook. Karena ia nekad meninggalkan kuliahnya, maka ia sanggup mengembangkan Facebook. Mungkin bila ia menunggu hingga selesai kuliah, peluang itu sudah hilang. Karena kesempatan tidak pernah datang dua kali. Contoh lain, Steve Job yang putus sekolah juga mampu membangun bisnis TI yang sukses.
Namun pendidikan formal dapat diperoleh kapanpun, bahkan saat orang sudah berusia 70 tahun masih dapat meraih gelar S1. Sedangkan kesempatan tidak pernah dapat berulang.
Kesimpulannya, kembali pada kemampuan kita untuk memanfaatkan peluang yang datang sebaik-baiknya.
Ironisnya, bila kita sudah menjadi orang kaya, dengan menyumbangkan kekayaan kita pada sebuah perguruan tinggi, kita bahkan bisa memperoleh gelar Honoris Causa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H