Saya sering bertandang ke Yogya, bahkan sebelum pandemi selalu berakhir tahun di Yogya, karena memiliki teman yang sudah seperti keluarga. Saya juga mempunyai teman di asosiasi yang selalu wanti-wanti bila ke Yogya selalu mampir ke rumahnya. Dari anak-anaknya masih kecil hingga sekarang sudah lulus perguruan tinggi.
Konon kabarnya fenomena klitih sudah ada sejak tahun 2007, tahun ketika saya juga sering berkunjung ke Yogya, tetapi saya tidak mengetahuinya, fenomena klitih kabarnya mencuat lagi pada tahun 2019 hingga sekarang
Apakah klitih yang meresahkan itu? Dari beberapa berita yang muncul, klitih adalah fenomena sosial yang terjadi di Yogya dan sekitarnya. Fenomena sosial ini berupa sekumpulan anak muda 14-19 tahun yang melakukan kejahatan berupa menyambitkan senjata tajam kepada orang yang mereka temui  di jalan  Senjata tajam ini bisa pedang, samurai, rantai sepeda yang diberi besi tajam atau clurit yang mereka sambitkan kepada siapapun secara acak tanpa motif apapun. Biasanya kejahatan selalu ada motifnya entah ekonomi atau dendam, tetapi uniknya klitih tidak memiliki motif apapun.
Jadi, mereka sekelompok anak muda bersepeda motor, jalan-jalan tanpa tujuan, dan ketika bertemu seseorang yang dianggap sasaran, salah seorang dari kelompok itu akan menyambitkan senjata tajam yang dibawanya, hingga melukai nahkan menewaskan orang yang diserang.
Aksi mereka tanpa motif, orang yang diserang juga secara acak bukan orang / kelompok yang diincar.
Aksi ini sangat Meresahkan masyarakat, karena tergolong sadis dan bila tertangkap mereka tidak bisa dihukum lama, karena masih tergolong anak-anak. Ironisnya, mereka yang pernah dihukum, setelah bebas kembali bergabung dan mengulang aksinya lagi, tanpa unsur jera.
Klitih sendiri berasal dari kata bahasa Jawa yang artinya jalan-jalan tanpa tujuan, namun klitih yang satu ini sambil melakukan tindakan yang sadis.
Kegiatan mereka jauh lebih brutal daripada gang motor di Jawa Barat yang juga pernah meresahkan. Kalau gang motor di Jawa Barat, mereka saling baku hantam antara anggota lama dan anggota baru, atau balap motor tanpa rem atau naik motor tanpa helm tidak menyakiti orang lain atau masyarakat lain. Sedang klitih ini menyerang seseorang yang ditemuinya secara sadis untuk menunjukkan keberanian atau kekuatan mentalnya.
Fenomena sosial ini harus dihentikan, remaja harus diarahkan pada kegiatan yang positif  Peran pemangku jabatan dan pendidik dan orang tua untuk mengarahkan anaknya pada kegiatan positif.Â
Organisasi remaja, seperti Karang Taruna, Palang Merah Remaja, Pramuka, OSIS Â dan sejenisnya hendaknya mampu mengarahkan dan memberi kesempatan kepada mereka untuk menjalankan aktifitas yang mendorong kreatifitas mereka.
Klitih, tidak dapat dihentikan dengan sekedar menghukum pelakunya, tetapi harus mengarahkan kegiatan mereka yang sadis ke arah yang bermanfaat. Fenomena sosial ini harus dihentikan secara tepat.