Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengenal Gereja Candi di Yogya

22 Februari 2022   18:13 Diperbarui: 22 Februari 2022   22:35 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung bernuansa Jawa (sumber: yogyes.com)

Koq Gereja?Koq Candi? Gereja khan tempat ibadah orang Nasrani, sedangkan Candi adalah tempat ibadah orang Hindu atau Budha. 

Inilah bukti nyata kebhinnekaan di Indonesia tepatnya 20Km disebelah Selatan kota Yogya, kita akan mendapati Gereja Candi. Kompleks Gereja ini terdiri atas bangunan Gereja dan tempat ziarah. Didirikan kira-kira 1 Abad yang lalu oleh pengusaha gula asal Belanda, jadi bukan oleh rohaniwan. 

Dibangun mulai tahun 1924 dan selesai tahun 1927. Pernah hancur pada tahun 2006 saat Yogya terkena gempa besar, sehingga harus direnovasi dan selesai 23 Agustus 2009. Gereja beraritektur Candi ini memiliki soko guru sebagai pilar utama seperti bangunan Jawa. Bangunan Gereja berbentuk joglo. Juga memiliki pendopo untuk tempat istirahat para peziarah. 

Bangunan Gereja menggunakan prinsip tumpang sari yang berbentuk kerucut, yang melambangkan kehidupan manusia harus mengerucut menuju yang Esa. Meski terdapat patung Eropa, tetapi kita dapat menemukan patung Kristus dalam nuansa Jawa. 

Patung ini Masih utuh saat terjadi gempa. Juga terdapat patung Bunda Maria yang sedang menggendong kanak-kanak Yesus yang berbusana Jawa. Lonceng yang dibunyikan pada jam-jam tertentu juga masih menggunakan lonceng pada awal pendiriannya Dibagian luar Gereja, terdapat patung untuk devosi ke Maria dengan patung Jawa berbentuk seperti Loro Jonggrang.

Perhentian untuk jalan salib sebanyak 14 relief juga bernuansa Jawa. Untuk mengiringi nyanyian pujian tidak menggunakan orgel melainkan tersedia perangkat gamelan. 

Bangunan tempat ziarah terdiri dari tiga bagian  yaitu burdosa, lokasi saat manusia penuh dosa, lalu burloka, tempat penyucian, dan yang tertinggi swaloka, ditempatkan patung Hati Kudus Yesus. 

Dari bangunan kedua menuju bangunan ketiga harus melalui 9 anak tangga, yang menurut tradisi Jawa manusia harus menutup 9 lubang akibat dosa untuk menuju swaloka. Untuk menaiki anak tangga ini peziarah harus membuka alas kaki untuk melambangkan badan yang bersih. 

Pada swarloka, selain patung Hati Kudus Yesus, juga terdapat tulisan dalam bahasa Jawa yang artinya Yesus raja para bangsa. Tempat ziarah ini terbuka untuk orang beragama lain, yang berdoa menurut kepercayaannya masing-masing, tidak harus berdoa secara Katolik, dan banyak yang doanya dikabulkan.

Dibagian bawah lokasi ziarah ini terdapat sumber mata air yang mengandung mineral, sering diambil pesiarah lalu didoakan untuk mohon kesembuhan. Atas balas budi pesiarah yang disembuhkan, kini untuk mengambil air, pesiarah tinggal memutar keran.

Acara mengunjungi Gereja Ganjuran ini dilakukan melalui laman IG Live  @festivalkebhinekaan dipandu oleh Yohane Galih dari  Wisata Kreatif  Jakarta dalam rangkaian Festival Kebhinekaan. Festival ini akan berlangsung hingga 28 February 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun