Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sudahkah Anda Berburu Kue Keranjang?

2 Februari 2022   06:30 Diperbarui: 2 Februari 2022   06:36 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Hari ini, 1 Februari menurut kalender Masehi dianggap sebagai hari raya Tahun Baru Imlek. Tahun datangnya musim semi bagi petani di Tiongkok. Tetapi juga sekaligus menjadi hari libur besar bagi pebisnis di Tiongkok. Beberapa teman yang memiliki mitra bisnis di Tiongkok / Taiwan merasa kesal, karena surat elektronik mereka tak kunjung di balas. Alasannya mereka sedang libur panjang, bahkan lebih panjang dari libur Lebaran di Indonesia. Pengalaman saya berbisnis dengan orang Taiwan mereka sering libur 14 hari, baru buka kantor setelah perayaan Cap Go Meh selesai. Jadi kalau tahun ini mereka selesai libur sehari setelah hari Valentine atau tepatnya 15 Februari.

Dari pengalaman berbisnis dengan orang Taiwan, saya jadi paham bahwa kue keranjang atau nian gao bukan kue ranjang adalah makanan akulturasi yang ada di Indonesia saja. Di Taiwan mereka hanya mengenal manisan, bukan kue keranjang atau dodol China.

Menurut bentuknya saja, kue keranjang ini mirip menyerupai dodol, jadi betullah merupakan makanan akulturasi di Indonesia.

Meski riwayat asalnya dikaitkan dengan negeri Tiongkok. Menurut cerita yang beredar dari mulut ke mulut awal mula kue keranjang berasal dari gangguan raksasa Nian pada penduduk di Tiongkok. Lalu seorang pemuda bernama Gao meracik makanan manis dari tepung ketan dan diletakkan di depan rumahnya.

Saat raksasa itu datang, rupanya tertarik dengan makanan itu dan menyantapnya. Raksasa itu makan sampai kenyang dan akhirnya kembali keguanya dan tidak mengganggu manusia. Penduduk sangat senang dan berterima kasih pada Gao, lalu setiap tahun membuat makanan itu agar raksasa itu tidak mengganggu manusia.

Itulah sebabnya kue keranjang dibuat satu tahun sekali dan berkaitan dengan Imlek. Makanan ini sangat tahan lama, dan bila disajikan di meja altar harus dalam susunan seperti piramida. Dari dasar besar dan mengecil hingga tertinggi. Ini perlambang kehidupan manusia bahwa harus memiliki dasar yang kokoh bila ingin mencapai prestasi tinggi. Bila disajikan di meja altar, baru boleh disantap setelah usai Cap Go Meh. 

Biasanya kue keranjang sudah keras, meski dapat disantap langsung, tetapi lebih enak bila dipotong-potong lalu diberi santan, lalu dibungkus daun pisang dan dikukus hingga menjadi lembut. Atau dicampur dengan kocokan telur lalu digoreng. Rasanya manis, menurut kepercayaan Tionghoa sebagai perekat keakraban anggota keluarga, bila dibagikan ke teman / relasi akan memperakrab hubungan pertemanan.

Kue keranjang santan (dokpri)
Kue keranjang santan (dokpri)

Apakah Anda sudah berburu kue keranjang pada teman-teman yang merayakan Imlek atau membelinya di pasar swalayan atau market place. Selamat menikmati kue keranjang atau dodol China.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun