Kondisi pandemi mendorong percepatan manusia menerapkan era digital. Kalau dulu era sebelum pandemi, kita masih mudah melakukan transaksi perbankan dan perdagangan dengan temu muka. Saat pandemi, ada Work From Home, harus menjaga Jarak dan menghindari kerumunan.Â
Hal lainnya adalah pasar tempat bertemu banyak orang menjadi kawasan berbahaya, juga mall jam operasinya dibatasi. Bahkan rumah makan, saat penerapan PSBB dan PPKM level 4 dilarang makan ditempat, transaksi yang dibolehkan hanya take away atau delivery.Â
Akibatnya e-commerce meningkat, orang belanja melalui media daring, entah melalui marketplace ataupun orang yang memasarkan produknya melalui IG atau WA. Hal ini terjadi pada barang elektronik.Â
Pakaian, skincare,. sembako hingga makanan. Perbankan juga terimbas oleh WFH, hingga kayanan pelanggan yang biasanya 6 orang menjadi 3 orang, akibatnya nasabah menumpuk dalam antrean.Â
Petugas bank lalu mengatasi dengan menyarankan melakukan transaksi secara daring atau internet banking. Bahkan sekarang bank sudah ada yang memiliki layanan pelanggan dengan mesin. Perlahan-lahan nssabah dibiasakan untuk beradaptasi dengan mesin.
Bila manusia sudah terbiasa dengan mesin, mungkin tenaga layanan pelanggan dan kasir di bank akan pelan-pelan tergusur oleh mesin. Lalu kemanakah gadis-gadis manis yang dulu berjajar memaniskan kantor bank, tentu akan menganggur bila tidak memiliki keahlian lain.
Di bidang transportasi, kita juga sudah mengalami hilangnya sebagian petugas penerima pembayaran parkir yang juga digantikan oleh mesin. Pembayaran tol juga dilakukan secara otomatis melalui e-toll, bahkan nantinya orang membayar tol tanpa menempelkan kartu e-toll, karena ada alat yang disambungkan langsung ke rekening pengemudi untuk membayar tiket tol.Â
Demikian pula bila kita naik commuter line, MRT, LRT dan bis TJ harus membayar tiket melalui fasilitas uang elektronik. Sadarikah kita, kemana petugas yang selama ini menjual tiket? Tentu mereka akan menganggur atau harus bekerja lain.Â
Mobil dengan bahan bakar fossil akan digantikan oleh mobil listrik, dengan fitur AI bisa diciptakan mobil yang dapat berjalan tanpa pengemudi. Bisa memparkir secara otomatis dan menjemput pemiliknya dengan sandi khusus. Akan kemana profesi sopir pribadi / sopir kantor atau sopir taksi ?
Di luar negeri rumah makan juga sudah dilayani oleh robot, bahkan chefnya juga robot. Pasar swalayan juga sudah tidak mengerjakan kasir lagi, barang yang dibeli atau diambil sudah langsung dideteksi dengan sensor yang terletak di atas, dan terhubung dengan rekening bank si pelanggan. Jadi kemana pelayan, chef dan kasir pasar swalayan?
Mengganti semuanya dengan mesin memang membutuhkan investasi mahal pada awalnya, tetapi mesin ini tidak perlu digaji, tidak pernah menungut kenaikan gaji, tidak menuntut pesangon, tidak pernah mengeluh, dan tidak berdemo tentu sangat menguntungkan bagi pengusaha.
Nah, masalah mungkin beralih ke Pemerintah dalam hal ini Kementerian Tenaga Kerja, karena pengangguran akan bertambah dan mungkin akan merepotkan Kepolisian karena angka kriminal akan meningkat.Â
Mulai sekarang KementerianTenaga Kerja dan Kementerian Pendikan harus menambah kemampuan anak didik guna bisa menghadapi era digital.
Siapkan kemampuan yang harus menggantikan kemampuan kerja sekarang yang segera beralih ke mesin. Jangan lterlena, karena disrupai terjadi sangat cepat. Bersiaplah sebelum teknologi melindas sumber nafkah Anda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H