Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Trekking ke Himalaya, Menggapai Atap Dunia

13 Desember 2021   10:04 Diperbarui: 13 Desember 2021   10:10 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"International Mountain Day" biasa dirayakan tiap tanggal 11 Desember. Sekolah Petualangan Indonesia (SPIN) berkolaborasi dengan Koteka, komunitas traveler Kompasiana dan cafe Nepa telah merayakannya Minggu malam 12 Desember 2021 dengan membuat event hybrid, daring dan luring bertempat di Cafe Nepa, Sleman, Yogyakarta. Event daring sekaligus sebagai Koteka Tallk 66.

'International Mountain Day" dirayakan sejak 30 tahun yang lalu dengan tujuan bagaimana wisata gunung berkelanjutan dapat dilaksanakan. Pesertanya beragam, ada pendaki gunung, blogger dan mahasiswa yang sedang melakukan penelitian. Diundangnya blogger dengan tujuan agar setelah naik gunung, ada cerita yang bisa dibagikan kepada orang banyak. 

Suasana event (dok: Spin)
Suasana event (dok: Spin)

SPIN berdiri 2 tahun lalu  dan sudah pernah bekerja sama dengan APGI dan BNSP untuk melakukan sertifikasi pemandu wisata gunung. SPIN berhak mengadakan pelatihan pemandu pendakian gunung, karena memiliki 3 orang bersertifikat. 

Selama dua tahun berdiri, sudah melakukan 20 kali pendakian gunung dan melakukan seminar tentang reptil sebanyak 3 kali. 

Visinya adalah bagaimana alam tetap lestari dan ada nilai ekonomi yang naik bagi warga lokal. Hal yang perlu dibekalkan kepada para pendaki gunung adalah kesehatan dan cara pendokumentasian pendakian.

Sebagai narasumber masalah pendakian gunung, ditampilkan Rahmat Hadi, seorang dengan keahlian logistik, Kompasianer yang telah menghasilkan 3 buku. 

Berbasis tulisan berserinya di Kompasiana. Hadi tadinya juga pernah menjadi admin Koteka, namun karena kesibukannya dia mengundurkan diri. Presentasinya kali ini, "Trekking ke Himalaya".

Dalam presentasinya Hadi menyampaikan bahwa trekking adalah perjalanan dengan jalan kaki. Perjalanan yang panjang, berjalan bisa berhari-hari bahkan minggu. Dengan tujuan untuk mendapatkan landskap baru.

Hadi mulai dengan menunjukkan fakta dari Himalaya. Himalaya merupakan kawasan gunung bersalju yang lebar dan panjangnya mencapai 2.400 km jadi hampir sepanjang pulau Jawa, dan berbatasan dengan 5 negara (Nepal, China, India, Pakistan dan Bhutan). 

Memiliki 8 puncak tertinggi dari 10 gunung tertinggi di dunia. Kawasan ini memiliki lebih dari 100 puncak gunung. Memiliki danau tertinggi di dunia, yaitu Tilicho  Lake. Karena teramat luas, maka Himalaya memiliki 380 jalur trekking.

Hanya melalui jalur-jalur tertentu saja yang boleh dilalui oleh "solo trekker", jalur lainnya harus didampingi Sherpa atau pemandu. Pemandu terdapat di Kathmandu, Pokhara dan Lakla. Waktu terbaik untuk trekking ke Himalaya adalah April-Juni Dan Agustus-Oktober.

Bagaimana menuju Himalaya?

Dari Indonesia tidak ada jalur pesawat langsung ke Nepal. Sebaiknya menggunakan pesawat dari Malaysia atau Singapura. Atau dengan jalan darat melalui India atau Tibet. Untuk masuk ke Nepal tidak memerlukan visa, cukup visa on arrival dengan membayar USD 25 untuk 2 minggu. 

Dan perlu diketahui, Himalaya hanya dapat dikunjungi 2 kali dalam satu tahun. Semua pendaki harus terdaftar, setiap pendaki harus memiliki 'trekking permit'. Pendaki juga diwajibkan memiliki asuransi jiwa dan perjalanan.

Berapa biaya untuk ke Himalaya?

* Tiket pesawat pp 5-10 juta Rupiah

* Visa on arrival USD 20-40

* Trekking permit USD 10-50 per hari

* Transportasi lokal USD 50-150

* Hotel atau lodge USD 7-25 per hari

* Biaya hidup USD 5-10 per hari

Dengan panduan ini Anda yang ingin ke Himalaya dapat menghitung biaya dan mulai menabung.

Hal lain yang patut diperhatikan adalah jalur, cuaca dan landskap. Saat melintasi Himalaya, Anda akan menemui desa / lodge / tea house lalu teras, sungai dan bukit. Tingkat kemiringan mencapai 0-85 derajat. Bagi pendaki gunung perjalanan relatif mudah hanya beberapa lokasi yang agak sulit. Suhu berkisar -15 hingga 15 derajat Celcius. Membutuhkan kekuatan dan kemampuan berjalan 3-12 jam tiap hari.

Adapun jalur pendakian favorite adalah Everest Base Camp, Annapura Sanctuary and Circuit, Langfang valley dengan trekking permit paling mahal, Ghorepani/Poon hill trek dan Manaslu trek

Apa yang perlu disiapkan?

* Budget
* Latihan fisik, jangan jauh-jauh dan mahal lalu Anda sakit di sana
* Asuransi jiwa
* English

Pakaian dan peralatan yang perlu disiapkan

* Pakaian hiking standard (pant, jaket, layer, sepatu)

* Pakaian spesial hiking (gaiter, glove, neck gaiter)

* Gear tambahan: sunglasses, mask, hat, skincare (sunblock, lip balm)
* Personal medical tool dan medicine

Dan sebelum berangkat, perlu memantau cuaca. Memantau aturan terakhir dari Nepal (saat ini ada karantina), dan ingat Anda harus yakin 100% bersih dari Covid, karena bila Anda terdeteksi positif dan memapari warga lokal, maka Anda harus menanggung orang yang tertular USD 5,000 per orang.

Pesan penutup, hormati gunung dan komunitas lokal serta jaga kebersihan.

Hadi dan Umesh (dok: SPIN)
Hadi dan Umesh (dok: SPIN)

Setelah itu dilakukan tanya jawab dan ditampilkan orang asli Nepal, Umesh untuk menjawab pertanyaan tentang Nrepal.. Umesh sudah fasih berbahasa Indonesia karena beristeri orang Indonesia dan sudah menetap di Indonesia selama 5 tahun. Paska pandemi, Umesh rencana akan pindah dari Yogya.

Kemudian acara diakhiti dengan kuis untuk memperebutkan buku karya Hadi.

Mau membeli buku Hadi dan diskusi tentang pendakian, silakan mampir ke Cafe Nepa di Sleman, Yogyakarta.

Pada acara kemarin malam, sempat dilakukan penggalangan dana untuk korban Semeru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun